Dimasak Delapan Jam, Begini Cerita Rendang dari Sumatera Barat untuk Korban Gempa Cianjur

Rendang yang berhasil mengalahkan sushi khas Jepang ini juga kerap ditemukan sebagai makanan untuk bantuan korban bencana.

Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 26 November 2022 | 13:08 WIB
Dimasak Delapan Jam, Begini Cerita Rendang dari Sumatera Barat untuk Korban Gempa Cianjur
rendang (DennyLubis/pixabay.com)

SuaraJabar.id - Makanan khas Sumatera Barat, rendang berhasil mendudui peringkat pertama dalam World's 50 Delicious Food menurut survei yang digelar CNN pada 2011 lalu. Namun rendang tak hanya menyandang predikat makanan terenak di dunia, rendang yang berhasil mengalahkan sushi khas Jepang ini juga kerap ditemukan sebagai makanan untuk bantuan korban bencana.

Pada gempa Palu yang terjadi pada 2018 lalu misalnya, masyarakat Sumatera Barat berbondong-bondong memasak dan mengirimkan rendang untuk korban gempa di daerah itu.

Kini saat ribuan warga Cianjur, Jawa Barat terdampak gempa berkekuatan magnitudo 5.6 yang terjadi pada Senin (21/11/2022) lalu, warga Sumbar juga berbondong-bondong memasak rendang untuk korban gempa Cianjur.

Para personel BPBD Sumbar misalnya. Sejak Selasa (22/11) mereka sudah menerima perintah dari Gubernur Sumbar, Mahyeldi untuk bersiap menerima kiriman bantuan berupa rendang dari berbagai pihak untuk disalurkan pada korban gempa Cianjur, Jawa Barat.

Baca Juga:TNI dan Polri Kerahkan Anjing Pelacak Cari Korban Tertimbun Longsor Akibat Gempa Cianjur

Sejak enam tahun terakhir, rendang di Sumatera Barat tidak hanya dipandang sebagai kuliner khas daerah. Menu wajib dalam pesta-pesta adat dan kenduri. Rendang telah menjadi simbol empati masyarakat Sumbar terhadap korban bencana besar di berbagai daerah di Indonesia. Bencana yang merenggut banyak korban, yang menyebabkan banyak orang harus mengungsi di tenda-tenda darurat.

Gubernur Sumbar Mahyeldi ikut masak rendang di BPBD Sumbar. [Dok.Istimewa]
Gubernur Sumbar Mahyeldi ikut masak rendang di BPBD Sumbar. [Dok.Istimewa]

Sebagai daerah yang dijuluki super market bencana, Sumbar memang memiliki potensi bencana yang tinggi. Tsunami, gempa, angin puting beliung, letusan gunung api, banjir, longsor hingga karhutla berpotensi terjadi di provinsi yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai pusat pemerintahan Indonesia pada 1948-1949 itu.

Namun, dari banyak potensi bencana itu, hingga saat ini gempa menjadi bencana yang paling mematikan di Sumbar. Gempa besar pada 2009 menyebabkan 1.117 orang meninggal dunia. Ribuan orang terluka dan kehilangan tempat tinggal.

Gempa dengan magnitudo 6,1 yang melanda Pasaman dan Pasaman Barat pada 25 Februari 2022 juga mengakibatkan korban dan banyak warga mengungsi bahkan hingga saat ini.

Seringnya bencana yang melanda membuat masyarakat Sumbar sangat peka terhadap penderitaan dari saudara-saudara sebangsa yang juga terkena bencana di berbagai daerah di Indonesia, termasuk gempa di Cianjur.

Baca Juga:Update Korban Gempa Cianjur: Tim SAR Evakuasi Empat Jenazah di Cugenang

Mereka paham, logistik adalah hal yang paling dibutuhkan oleh korban dan masyarakat terdampak bencana terutama di pengungsian. Jika mengungsi satu atau dua hari, nasi putih dan mie instan memang cukup untuk mengganjal perut. Namun jika pengungsian berlarut menjadi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, maka dibutuhkan bahan makanan yang bergizi dan tahan lama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak