Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka, Misteri Susu atau Makanan? Garut Tetapkan KLB

Menyikapi situasi darurat ini, Pemerintah Kabupaten Garut, melalui Bupati Abdusy Syakur Amin, telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Andi Ahmad S
Rabu, 01 Oktober 2025 | 21:45 WIB
Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka, Misteri Susu atau Makanan? Garut Tetapkan KLB
Ilustrasi menu program makan bergizi gratis alias MBG. (ist)
Baca 10 detik
  • Bupati Garut Abdusy Syakur sedang menelusuri penyebab keracunan massal MBG dengan cek sampel makanan. 

  • Dugaan sementara, gejala keracunan pada 282 korban di Kadungora terkait konsumsi susu menu MBG. 

  • Pemkab Garut tetapkan KLB keracunan, menghentikan dapur MBG sementara, dan merawat 89 korban. 

SuaraJabar.id - Kabupaten Garut, Jawa Barat kembali digegerkan dengan insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kecamatan Kadungora.

Dugaan kuat mengarah pada menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan pada Selasa (30/9/2025).

Menyikapi situasi darurat ini, Pemerintah Kabupaten Garut, melalui Bupati Abdusy Syakur Amin, telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Hal itu untuk memastikan penanganan yang lebih intensif dan cepat. Dapur MBG yang terkait dengan insiden ini pun langsung dihentikan sementara operasionalnya.

Baca Juga:Terungkap! Alasan Mantan Menteri Jadi Ketum PPP: Amir Uskara Disebut-sebut

Peristiwa ini menjadi alarm serius terhadap standar keamanan pangan dalam program-program pemerintah yang menyasar anak-anak sekolah, memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan masyarakat luas.

Bupati Garut Abdusy Syakur Amin menyatakan bahwa pemerintah daerah saat ini masih menelusuri penyebab pasti keracunan dengan melakukan pengecekan menyeluruh terhadap makanan yang disajikan dalam program MBG.

"Sudah sedang kita cek sampel (makanan), itu kan seminggu (hasilnya)," kata Bupati dilansir dari Antara.

Selain uji laboratorium terhadap makanan, tim kesehatan juga melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan meminta keterangan terkait menu yang mereka konsumsi. Dari penelusuran awal, muncul dugaan kuat yang mengarah pada salah satu komponen makanan.

"Dari yang kita tanya di lapangan ada anak yang makan tapi susunya tidak diminum, ternyata enggak apa-apa, ada yang enggak makan terus susunya diminum ada masalah, jadi ini dugaan, nanti validnya melalui tes lab," katanya.

Baca Juga:Aksi Boyong Pejabat Dedi Mulyadi dari Purwakarta ke Jabar Disorot, Sah atau Langgar Etika?

Pemerintah daerah telah bergerak cepat melakukan penanganan medis terhadap ratusan korban. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, melaporkan bahwa jumlah korban keracunan terus bertambah, kini mencapai 282 orang.

Dari jumlah tersebut, 193 orang telah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan.

Namun, 81 orang masih dirawat di Puskesmas Kadungora, dua orang di Puskesmas Leles, dan enam orang harus dirujuk ke RSUD dr. Slamet Garut untuk penanganan lebih lanjut.

"Jumlahnya 282 korban, mayoritas sudah pulang dan menjalani rawat jalan di rumah," kata Leli.

Mengingat skala insiden dan dampaknya, Pemkab Garut telah menetapkan keracunan massal ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Status KLB memungkinkan pengerahan sumber daya yang lebih besar dan koordinasi lintas sektor yang lebih intensif untuk penanganan.

"Kita minta yang kejadian ini dihentikan dulu," tegas Bupati.

Korban keracunan ini merupakan pelajar dari empat sekolah berbeda di Kecamatan Kadungora, yaitu SDN 3 Talagasari, SMPN 1 Kadungora, SMP PGRI, dan SMA Annisa.

Mereka semua mengalami keluhan yang seragam setelah menyantap menu MBG, yang terdiri dari nasi, daging sapi, kacang edamame, sayur kol, timun, pisang, dan susu kemasan. Gejala yang dialami meliputi pusing, mual, muntah, diare, dan bahkan beberapa merasakan sesak napas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini