Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 29 Juli 2019 | 20:51 WIB
Romi Darma Rachim (35) ayah kandung dari bayi kembar siam Rahman dan Rahim. [Suara.com/M yacub Ardiansyah]

SuaraJabar.id - Romi Darma Rachim (35), ayah bayi kembar siam asal Kota Bekasi sempat merasa iri dengan perlakuan pemerintah dengan bayi kembar siam yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara. Bayi kembar siam dempet perut di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik bernama Adam dan Malik itu mendapat perlakuan khusus.

Sejak dilahirkan sampai menginjak usia tujuh bulan, hingga menjalani operasi pemisahan pada Selasa (23/7/2019) lalu, Adam dan Malik justru mendapat perawatan di rumah sakit tersebut. Dengan demikian, kondisi dan asupan gizinya sangat terjaga dengan baik.

Berbeda dengan nasib bayi kembarnya bernama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi yang berusia 10 bulan ini. Sebulan setelah dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, bayi mungil ini dibawa pulang ke rumah untuk dibesarkan.

Di rumah kontrakan beralamatkan Gang Pojok Jalan Bintara Jaya IV RT 14/09, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi, inilah, Rahman dan Rahim dibesarkan oleh kedua orangtuanya yakni Romi dan Ika Mutia Sari (30).

Baca Juga: Kisah Kembar Rahman dan Rahim yang Dempet Sejak Usia Tiga Bulan Kehamilan

Bila Romi bekerja sebagai juru parkir di Ruko Bekasi Mas, sedangkan Ika bekerja sebagai penjaga toko di Grand Mal Bekasi, maka Rahman dan Rahim dititipkan ke sang nenek bernama Nazmi Lulu (57).

Jarak antara rumah kontrakan Nazmi Lulu dengan Romi cukup dekat hanya sekitar 25 meter. Lantaran keterbatasan uang dan pengetahuan, maka asupan gizi yang diterima Rahman dan Rahim juga kurang.

Dampaknya, bobot bayi ini tidak ideal dengan berat keduanya hanya 10 kilogram. Berat badan seperti ini, seharusnya terjadi pada satu bayi, bukan dua bayi sekaligus.

"Jujur saya sempat merasa iri saja di dalam hati, kalau melihat nasib bayi kembar Adam dan Malik di Medan. Di rumah sakit, tentu asupan gizinya lebih terjaga dibanding dibesarkan di rumah," kata Romi, Senin (29/7/2019).

Menurut dia, selama ini Rahman dan Rahim hanya mendapatkan susu formula dan biskuit bayi saja. Sementara Air Susu Ibu (ASI) Ika tidak keluar, karena adanya tekanan psikis dengan kondisi sang anak.

Baca Juga: Bayi Kembar Siam Rahman dan Rahim Butuh Rp 1 Miliar untuk Operasi Pemisahan

Selain berat badannya kurang ideal, Rahman dan Rahim juga rentan terkena penyakit. Sejak dua pekan terakhir, mereka terserang batuk dan pilek sehingga perlu biaya tambahan untuk membeli alat bantu untuk mengeluarkan dahak mereka.

"Alhamdulillah kemarin Bu Lurah Bintara Jaya datang ke rumah dan beliau kasih bantuan buat beli alat uap. Alat uap akan saya gunakan untuk Rahim, karena dialah yang paling banyak dahak, ketimbang Rahman," ujarnya.

Jaminan dari Pemkot Bekasi

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi melalui Dinas Kesehatan bakal menjamin dan menanggung biaya operasi pemisahan Rahman dan Rahim.

Meski menelan dana sekitar Rp 1 miliar. Tahap awal, Pemkot Bekasi akan menjalin koordinasi dengan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Barat yang menangani proses kelahiran bayi kembar siam,

"Informasinya tersebut sudah saya terima dari Kepala Puskesmas Bintara Jaya hari ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati saat dihubungi, Senin (29/7/2019).

Tanti mengatakan, koordinasi dengan rumah sakit yang menangani Rahman dan Rahim perlu dilakukan untuk mengetahui rekam jejak medis bayi mungil tersebut.

Selain itu, pihaknya juga perlu mengetahui tindakan selanjutnya pasca pembedahan sekaligus segala risiko yang terjadi setelah proses operasi.

"Kita juga harus menghitung estimasi biayanya dan saya juga harus melaporkan hal ini ke beliau (Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi," imbuhnya.

Mengenai berat badan mereka, kata Tanti, angka 10 kilogram untuk ukuran dua bayi memang jauh dari berat ideal. Padahal di usia 10 bulan, seharusnya satu bayi memiliki berat badan 10-12 kilogram.

"Itulah makanya, saya minta ke Kepala Puskesmas untuk melaporkan secara tertulis mengenai kondisi medis si bayi. Dari situ akan ada penanganan lanjut, termasuk proses pemisahan mereka," kata dia.

Kontributor : Mochamad Yacub Ardiansyah

Load More