"Usia mereka kan terus bertambah, dan mereka akan menjalani masa tua sehingga kebutuhan ekonomi juga semakin besar, kalau bisa diperjuangkan ada tunjangan bagi mereka," ujarnya.
Harapan serupa juga diungkapkan Titi Suratri (50), orang tua Ridho Nafindra (14) yang kini duduk di bangku SMP sekolah tersebut. Dia memiliki harapan besar agar Pemkot Bekasi dapat membangun SLB di setiap wilayah.
Lantaran, saat ini Kota Bekasi, hanya mempunyai satu SLB Negeri yang berada di wilayah Kecamatan Bekasi Timur. Keberadaan SLB Negeri, kata Titi, cukup dinanti bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus karena bisa meringankan beban biaya sekolah.
"Kita kan juga ingin disamakan seperti sekolah negeri pada umumnya yang gratis, kalau sekarang hanya satu saja di Bekasi Timur. Minimal seharusnya setiap kecamatan ada SLB Negeri," tutur Titi.
Baca Juga: Segenggam Harapan Anak Berkebutuhan Khusus
Sejauh ini, Titi harus membayar SPP tiap bulan agar anak tercintanya bisa mengenyam sekolah setinggi-tingginya.
"Dari TK sampai sekarang sudah SMP, ya saya harus membayar SPP setiap bulannya. Makanya pembangunan SLB Negeri itu penting. Menurut kami untuk meringankan ekonomi, SLB di Kota Bekasi sedikit ya, kalau pun ada ya biayanya cukup lumayan," katanya.
Pun Titi berharap pemerintah bisa menyediakan taman bermain bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Alasan yang dikemukakan Titi cukup beralasan, lantaran taman bermain yang ada belum terlalu ramah bagi anak berkebutuhan khusus. Hingga muncul kekhawatiran adanya perbuatan perundungan yang selama ini kerap menimpa anak berkebutuhan khusus.
"Kalau disatuin itu (dengan anak normal) belum ramah bagi anak berkebutuhan khusus," ungkapnya.
Belajar Ketulusan dari 'Anak-anak Spesial'
Baca Juga: Atap SLB Bundaku di Bekasi Roboh, Siswa Terpaksa Belajar di Pos RW
Tiga tahun sudah Siti Masita mengajar di SLB tipe C Pariwisata Bundaku. Suka duka mengajar anak-anak berkebutuhan khusus membuatnya mendapat pengalaman dan pelajaran hidup yang tak pernah didapat sebelumnya.
"Mengajar kepada anak berkebutuhan khusus itu harus dengan kelembutan dan kesabaran," katanya.
Buah kelembutan dan kesabaran itu pun menuai hasil yang manis. Perlahan anak didiknya di SLB tipe C Pariwisata Bundaku bisa menyerap pelajaran yang telah diberikan.
"Sudah ada yang bisa menulis, ada yang bisa membaca, menggambar. Ada yang bisa nulis tapi enggak bisa baca, ada yang bisa baca tapi enggak bisa nulis juga," ujar Siti.
Buah itu pula yang juga dirasakan orang tua murid di sekolah tersebut. Lantaran orang tua murid merasakan sang buah hatinya sudah berkembang lebih baik.
Bagi Siti, meski berkedudukan sebagai pengajar, anak berkebutuhan khusus juga mengajarkan kepadanya makna ketulusan yang tanpa pamrih.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ogah Ikut Demo Besar-besaran Ojol di Jakarta 20 Mei, KBDJ: Kami Tetap Narik Cari Rezeki!
- 10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- 7 Sunscreen Mengandung Salicylic Acid, Ampuh Atasi Jerawat dan Kulit Berminyak
- Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
Pilihan
-
Honda Cari Bibit Pembalap Muda di Ajang HDC
-
Profil Pemilik Rupiah Cepat, Pinjol Viral yang Disorot Publik Ternyata Dikuasai Asing
-
5 HP Murah Rp2 Jutaan Layar AMOLED: RAM Besar, Kamera Resolusi Tinggi
-
Mau Wajah Glowing? Inilah Urutan Menggunakan Skincare Malam yang Tepat
-
7 Brand Skincare Korea Terbaik, Auto Bikin Kulit Mulus Harga Mulai Rp19 Ribu
Terkini
-
Dedi Mulyadi Dikritik Lemhannas: Pendidikan Militer Bukan Solusi Kenakalan Remaja
-
Dua Sungai Meluap, Karawang Diterjang Banjir Parah, Ratusan Warga Terdampak
-
Yuk! Bayar Cicilan Dengan Klaim Link Saldo DANA di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei
-
Motif Sakit Hati dan Utang, Ayah dan Anak di Cianjur Tega Mutilasi Ibu dan Balita
-
BRI Dorong Ekonomi: 7 Kiprah Nyata di Momentum Hari Kebangkitan Nasional