Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 19 Oktober 2019 | 07:50 WIB
Kondisi SLB tipe C Pariwisata Bundaku di Perumahan Taman Wisma Asri, Kelurahan Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. [Suara.com/M Yacub]

Pembelajaran yang diberlakukan di SLB tipe C tersebut pun disetarakan dengan siswa yang baru menginjak Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Walaupun, saat ini baru satu siswa yang menginjak bangku SMK.

Satu orang tua siswa yang anaknya duduk di bangku SMK SLB tersebut, Reni Feriyana (40) mengakui persoalan yang akan dihadapi anak berkebutuhan khusus tersebut pada nantinya akan sulit untuk mencari pekerjaan.

Ibu dari Tarian Putri (17) masih memiliki optimisme buah hatinya akan bisa anak normal lainnya dalam hal kemandirian. Meski hanya memiliki segenggam harapan anak berkebutuhan khusus seperti Tarian bisa mendapat kesempatan pekerjaan.

"Anak saya kalau sudah mandiri saja sudah senang saya, enggak muluk-muluk kok," kata Reni kepada Suara.com yang merasakan dari dekat suasana belajar mengajar di sekolah tersebut.

Baca Juga: Segenggam Harapan Anak Berkebutuhan Khusus

Reni mengemukakan sejak SMP, Tarian Putri, sudah menuntut ilmu di SLB tipe C Pariwisata Bundaku. Pun, ia berharap pemerintah juga bisa lebih peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, terutama saat para anak berkebutuhan khusus berada di usia remaja dan menjalani masa tua.

"Usia mereka kan terus bertambah, dan mereka akan menjalani masa tua sehingga kebutuhan ekonomi juga semakin besar, kalau bisa diperjuangkan ada tunjangan bagi mereka," ujarnya.

Harapan serupa juga diungkapkan Titi Suratri (50), orang tua Ridho Nafindra (14) yang kini duduk di bangku SMP sekolah tersebut. Dia memiliki harapan besar agar Pemkot Bekasi dapat membangun SLB di setiap wilayah.

Lantaran, saat ini Kota Bekasi, hanya mempunyai satu SLB Negeri yang berada di wilayah Kecamatan Bekasi Timur. Keberadaan SLB Negeri, kata Titi, cukup dinanti bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus karena bisa meringankan beban biaya sekolah.

"Kita kan juga ingin disamakan seperti sekolah negeri pada umumnya yang gratis, kalau sekarang hanya satu saja di Bekasi Timur. Minimal seharusnya setiap kecamatan ada SLB Negeri," tutur Titi.

Baca Juga: Atap SLB Bundaku di Bekasi Roboh, Siswa Terpaksa Belajar di Pos RW

Sejauh ini, Titi harus membayar SPP tiap bulan agar anak tercintanya bisa mengenyam sekolah setinggi-tingginya.

Load More