SuaraJabar.id - Penjualan batik Cirebon tergerus dengan badai wabah virus corona. Pennjualannya melandai. Momen mremaan (meraup untung) jelang lebaran tak bisa mereka raih tahun ini.
Salah satu pelaku usaha batik di Kota Cirebon, Indrawati (80) mengaku, penjualan batiknya menurun hingga 30 persen. Batik tulis menjadi yang terparah terdampak wabah Covid-19.
"Batik tulis turun sampai 70 persen," ujarnya kepada Ayocirebon.com.
Indrawati sendiri merupakan pelaku utama usaha batik peranakan di Cirebon. Batik peranakan merupakan hasil kolaborasi batik Cirebon dengan kisah kehidupan warga Tionghoa.
Batik peranakan yang berwujud batik tulis inilah yang disebut Indrawati terimbas paling parah pada masa sekarang. Penurunan penjualan hingga 30 persen sendiri dialami batik printing maupun cap yang dibuatnya. Pasca penerapan PSBB Tingkat Provinsi Jawa Barat di Kota Cirebon, dia mengaku mengalami hambatan dalam distribusi batik dari perajin.
Para perajinnya yang kebanyakan berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah, mengalami kekhawatiran terhadap Covid-19. Mereka pun memilih pulang seraya membawa pekerjaannya.
"Hasil pekerjaan batik dari perajin tidak bisa saya terima karena di mana-mana PSBB," ujarnya seraya menyebut, para pebatiknya berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah.
Pasca Covid-19 mewabah, perajin batik akhirnya terpaksa membawa pulang pekerjaannya masing-masing. Akibat hal itu, Indrawati kesulitan memantau perkembangan pekerjaan setiap perajin.
Situasi pada jalur distribusi pun tak membantu secara keseluruhan proses penjualan batik. Akibatnya, stok batik lama menumpuk di toko yang juga menjadi tempat tinggalnya bersama keluarga di Jalan Kanoman, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
Baca Juga: Lebaran, Pasien Positif Corona di Jatim Hampir Tembus 4.000 Orang
Ketika Pemkot Cirebon kemudian merileksasi sektor perekonomian dengan mengizinkan pelaku usaha sandang beroperasi pada PSBB Tahap 2, Indrawati menjadi salah satu yang memanfaatkan momen itu.
Sehari setelah PSBB Tahap 2 diterapkan mulai 20 Mei 2020, Indrawati membuka tokonya, Lina's Batik maupun Kanoman Batik yang dikelola sang anak. Namun, karena tak ada stok baru, dia pun mengandalkan stok batik lama yang tersimpan sejak Februari.
"Yang ditawarkan stok batik lama. Kami enggak siapkan stok baru karena semuanya masih ada di perajin," terangnya.
Penjualan batik mulai beringsut merekah pada PSBB Tahap 2 yang rencananya diterapkan hingga 2 Juni 2020. Namun, penjualan yang merangkak naik hanyalah pada batik-batik printing dan cap berharga lebih murah yang disediakan Kanoman Batik milik sang anak.
Berbeda dengan batik tulis peranakan yang digelutinya dan tersedia di Lina's Batik. Selama tiga bulan terakhir, belum satu pun batik tulis terjual.
"Batik tulis peranakan mulai sepi mulai Maret pasca tahun baru imlek. Penjualannya nol sampai sekarang," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
5 Spot Wisata Hits untuk Libur Sekolah dan Akhir Tahun 2025 di Cianjur
-
Dulu Meresahkan, Kini Joki Puncak Bogor Direkrut Polisi Jadi Pasukan Khusus Libur Nataru
-
Dedi Mulyadi Setop Izin Perumahan, Rudy Susmanto: Tak Bisa Serta-merta Dilakukan
-
Anggota DPD RI Apresiasi Danantara Akuisisi Hotel dan Real Estate di Makkah
-
Hingga 18 Desember 2025, BRI Group Telah Laksanakan 40 Aksi Tanggap Darurat di Daerah Bencana