Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 11 Agustus 2020 | 15:13 WIB
Sebuah bangunan kuno bata merah terpendam di bawah tanah Stasiun Bekasi Kota. (ist)

SuaraJabar.id - Sebuah bangunan kuno bata merah terpendam di bawah tanah Stasiun Bekasi Kota. Bangunan ini diduga sebagai benda kuno.

Bangunan kuno ini ditemuka para pekerja proyek kereta api double track di Stasiun Bekasi Kota. Bangunan itu ditemukan di kedalaman 4 meter.

Sejarawan Ali Anwar mengungkapkan bahwa dirinya belum mengetahui secara pasti asal usul bangunan tersebut, berikut dengan fungsinya. Dia hanya menerangkan, bangunan itu terbuat dari struktur bata merah dengan pondasi di sekitarnya.

“Jadi, itu sebuah struktur bangunan dari bata merah yang fungsinya kita juga belum tahu persis itu apa,” kata Ali saat dihubungi, Selasa (11/8/2020).

Baca Juga: Ditemukan Benda Misterius dan Bersejarah di Bawah Stasiun Bekasi

Untuk mengetahui lebih jelas terkait penemuan struktur bangunan tersebut, maka perlu menunggu laporan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten yang akan meneliti lebih lanjut.

“Jadi kalau digambarkan itu berbentuk dome lingkaran-lingkaran yang satu lingkaran itu ada dua dome, yang satu titik lagi ada dua dome,” ujarnya.

“Kalau bentuknya seperti itu pasti buatan manusia. Nah, setiap buatan manusia berkaitan dengan budaya,” lanjut Ali.

Selain bangunan berstruktur bata merah tersebut, ditemukan pula pondasi yang tidak menyatu dengan dome, melainkan terpisah sekitar tiga hingga empat meter.

“Letak (pondasi)-nya berdekatan mungkin ada sekitar tiga atau empat meter di sebelah selatan bangunan berstruktur itu. Nah, itu kemungkinan pondasi bangunan stasiun (masa lampau). Ini harus diteliti juga,” katanya.

Baca Juga: Penumpang KRL Melonjak 2 Kali Lipat, Bekasi Siaga Penularan Corona

Ali sendiri sudah melihat langsung kondisi cagar budaya tersebut bersama Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, Senin (10/8/2020).

“Total ada tiga yang kemarin kami lihat. Pertama, itu di bawah tanah struktur bangunan terbuat dari batu bata merah,” kata Ali.

Kemudian, struktur pondasi yang letaknya tidak jauh dari penemuan bangunan bata merah tersebut. Terakhir, jendela kayu berukuran sangat besar di bekas ruangan gudang.

“Jadi jendela itu ditemukan oleh pekerja KAI di bekas gudang sebelum dirobohkan, posisinya di tempat bangunan pimpro (pimpinan proyek),” ujarnya.

Jendela ini juga diketahui termasuk benda langka yang bisa dibilang buatan masa penjajahan. Ali menyarankan agar jendela itu tidak disimpan secara sembarangan untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Kalau orang yang enggak ngerti bisa diambil, atau orang yang ngerti bisa seenaknya aja bawa. Nanti akan ditentukan Disparbud untuk dikelola atau dipasang supaya bisa kelihatan nilai sejarahnya,” ujar dia.

Sementara untuk struktur bangunan bata merah beserta pondasi di sekitarnya juga akan diteliti lebih lanjut oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten.

Ali berharap pemerintah bisa melestarikan serta menjaga warisan cagar budaya tersebut agar tidak dirusak. Minimal, bisa diambil bagian-bagiannya untuk diketahui masyarakat bahwa benda ini memang memiliki nilai sejarah.

“Pertama, kalau bisa bangunan baru tidak mengganggu cagar budaya itu jauh lebih baik, tapi kalau memang tidak mungkin lagi ya mau enggak mau harus dibongkar,” kata Ali.

“Bisa juga diambil bagian-bagiannya seperti puzzle yang diberi nomor dan ditaruh di ruang heritage yang nanti rencananya ada (di Stasiun Bekasi) supaya nilai sejarahnya tidak hilang,” lanjut dia.

Sementara itu Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sempat menyatakan bahwa bangunan berstruktur bata merah tersebut menyerupai sebuah lorong.

Pria yang akrab disapa Pepen itu diketahui sudah melihat secara langsung di Stasiun Bekasi.

“Jadi pas selesai diuruk tanahnya kita bisa melihat temuan itu seperti lorong menuju seberang. Mungkin dulunya untuk air atau jembatan manusia,” ujar dia.

Dia melanjutkan, jika memang ada unsur sejarahnya, maka hal itu bisa diberdayakan untuk hasil temuan tersebut bisa diabadikan karena termasuk benda langka.

“Temuan benda ini juga pasti ada nilai sejarahnya, nanti akan ditelusuri oleh sejarawan dan Disparbud (Dinas Pariwisata dan Budaya) untuk dipastikan,” kata Pepen.

Load More