Andi Ahmad S
Kamis, 14 Agustus 2025 | 15:10 WIB
Komplotan Copet Berseragam Pramuka Beraksi di Kirab Merah Putih di Cibinong Bogor [Ist]

SuaraJabar.id - Insiden pencopetan massal yang mencoreng kemeriahan Kirab Merah Putih di Lapangan Tegar Beriman, Bogor, pada Kamis (14/8), menyisakan sebuah kejanggalan besar.

Di balik modus licin komplotan yang menyamar dengan seragam Pramuka, muncul narasi yang saling bertentangan antara pihak panitia penyelenggara dengan saksi mata kunci yang turut menangkap pelaku.

Perbedaan data yang mencolok terkait jumlah korban dan barang bukti ini membuka pertanyaan serius informasi mana yang akurat? Apakah ada upaya untuk meredam skala insiden yang sebenarnya terjadi di pesta rakyat tersebut?

Menurut keterangan dari pihak panitia acara, Melly, insiden pencopetan ini skalanya tidak sebesar yang dibayangkan.

Ia secara spesifik menyebutkan bahwa korban yang terdata hanya dua orang, dan pelakunya pun hanya dua orang.

"Jadi, tadi yang kehilangan ada 2. Yang satu udah ketemu, yang satu lagi ketemu di sana hp nya," jelas Melly.

Ia juga mengakui adanya kelemahan dalam persiapan keamanan, menyebut bahwa modus penyamaran pelaku sebagai guru berseragam Pramuka membuat mereka sulit terdeteksi.

Namun, narasinya mengesankan bahwa insiden tersebut kecil dan sudah tertangani dengan baik.

"Iya dua-duanya pakai baju pramuka, dia mengaku sbg guru sekolah sehingga sulit terdeteksi. Sudah di polres," tutupnya, memberikan kesan bahwa kasus tersebut sudah selesai.

Baca Juga: Awas Macet! Info Lengkap Rute Kirab Merah Putih di Bogor 14 Agustus dan Jalur Alternatifnya

Narasi yang sangat berbeda datang dari Ade Maulana, seorang Satpam DPRD Kabupaten Bogor yang berada di garis depan saat kejadian.
Kesaksiannya melukiskan gambaran yang jauh lebih kacau dan berskala lebih besar.

Kirab Merah Putih di Kabupaten Bogor [Ist]

Ade mengaku melihat kepanikan massal, terutama dari para pelajar yang menjadi korban.

"Tadi kita lagi lewat ada anak sekolah nangis, cewe. Saya tanya kenapa? Langsung dijawab hapenya ilang. Terus gak lama, dateng segerombolan lagi, laporan hapenya ilang. Laporan lagi ilang lagi, kurang lebih ada sekitar 5," ungkap Ade.

Kesaksian ini menunjukkan bahwa setidaknya ada lima laporan kehilangan yang ia saksikan secara langsung, sebuah angka yang sudah melampaui klaim panitia.

Puncak dari kontradiksi ini adalah saat Ade berhasil menangkap salah satu pelaku berbekal foto dari siswa lain. Hasil penggeledahan di lokasi sungguh mengejutkan.

"Gak lama langsung diamanin ke pos, abis diintrogasi dapet lagi satu orang copet, jadi jumlah hape itu ada tiga yang dua hape android, satu iPhone yang ilang itu ada 8," tegas Ade.

Load More