Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 15 Oktober 2020 | 11:28 WIB
Seorang warga menunjukan koin dalam gelaran Tawurji di Keraton Kanoman, Cirebon, Rabu (14/10/2020). [Suarajabar.id/Abdul Rohman]

SuaraJabar.id - Narsiti, perempuan paruh baya ini tersenyum sumringah setelah berhasil mendapatkan sejumlah uang yang disawer dalam gelaran Tawurji yang diselenggarakan Keluarga Keraton Kanoman Cirebon, Rabu (14/10/2020).

Jika dilihat dari nominal, jumlahnya tak banyak. Kebanyakan uang yang disawer merupakan uang receh seperti uang logam pecahan Rp500.

Namun bagi warga Cirebon, uang saweran ini terkesan jauh lebih berharga dari bantuan yang dibagikan pemerintah seperti BLT. Parameternya, kegiatan sawer di Tawurji selalu dipadati ribuan warga setiap tahunnya.

Baru tahun ini Tawurji digelar dengan jumlah peserta yang terbatas. Pasalnya, Tawurji kali ini digelar di masa pandemi Covid-19 yang melarang kurumunan orang dalam jumlah besar.

Baca Juga: Amalan Rebo Wekasan, Ini Tata Cara Shalat Tolak Bala dan Doanya

Biasanya, agenda tawurji selalu menjadi agenda wisata Cirebon. Pasalnya, banyak orang dari berbagai daerah yang datang hanya untuk menyaksikan acara ini. Atau bahkan ikut berebut uang yang disawer dengan harapan mendapat keberkahan.

Bagi warga, uang koin dalam tradisi ini diyakini memiliki keberkahan tersendiri. Uang yang kerap disebut koin jimat itu, dianggap mampu menolak bala, dan memberikan kesehatan bagi kehidupan yang baik.

Warga pun biasanya tidak menggunakan uang tersebut unutuk transaksi jual beli. Mereka hanya menyimpan uang tersebut, biasanya di tempat usaha seperti warung dan toko.

"Uang dari Tawurji ini, saya tidak gunakan untuk berbelanja, tapi saya simpan di laci tempat saya usaha, sebagai jimat," kata Narsiti, salah seorang warga yang ikut pada tradisi Tawurji.

Keluarga Keraton Kanoman Cirebon bersiap untuk menyawer koin Tawurji, Rabu (14/10/2020). [Suarajabar.id/Abdul Rohman]

Dikatakan Narsiti, tradisi tawurji tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Karena saat ini tengah masa pandemi Covid-19, sehingga pihak keraton membatasi jumlah orang yang ikut tradisi ini.

Baca Juga: Penasaran, Apa itu Rebo Wekasan? Inilah Ulasan Lengkapnya

"Tahun ini hasilnya banyak dibandingkan tahun sebelumnya, karena yang ikut juga sedikit. Uang ini dari tahun - tahun sebelumnya hingga sekarang tidak digunakan, tapi kalo ada yang minta saya kasih," katanya.

Tawurji atau tradisi sedekah di Rabu terakhir Bulan Safar digelar oleh Keluarga Keraton Kanoman Cirebon.

Dengan melantunkan nyanyian Tawurji, puluhan warga berdiri menunggu lemparan uang koin dari Sultan Keraton Kanoman, Sultan Raja Muhammad Emirudin.

Meski jumlah warga dibatasi karena masa pandemi Covid-19, warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi ini.

Penyelenggara kegiatan menerapkan protokol kesehatan, yakni dengan menjaga jarak dan menggunakan masker, warga tetap saja berkerumun dan berebut uang koin yang dilempar oleh Sultan dan Patih Keraton Kanoman.

Dikatakan Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina, bahwa tradisi Tawurji ini merupakan tradisi yang diturunkan Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah pada bulan Safar. Tawurji berasal dari suku kata tatawur atau memberi, sedangkan ji berasal dari kata haji bermakna sebagai orang mampu.

"Dan sebagai upaya untuk menolak segala jenis musibah," katanya.

Sementara itu, lanjut Ratu Arimbi, bahwa tradisi ini sudah ada sejak jaman para wali. Kegiatan sedekah yang dilakukan keraton ini, untuk mensucikan harta dan memberikan kehidupan bagi warga di lingkungan Keraton.

"Tradisi Rabu terakhir bulan safar ini, kami maknai sebagai tolak bala agar terhindar dari bahaya," katanya.

Dijelaskan Ratu Arimbi, tradisi tawurji ini merupakan ajakan terhadap orang yang mampu untuk menyisihkan hartanya atau bersedekah kepada orang orang yang kurang mampu.

"Pada intinya, tradisi ini mengajak kepada orang yang mampu untuk bersedekah kepada warga yang kurang mampu," katanya.

Kontributor : Abdul Rohman

Load More