SuaraJabar.id - Narsiti, perempuan paruh baya ini tersenyum sumringah setelah berhasil mendapatkan sejumlah uang yang disawer dalam gelaran Tawurji yang diselenggarakan Keluarga Keraton Kanoman Cirebon, Rabu (14/10/2020).
Jika dilihat dari nominal, jumlahnya tak banyak. Kebanyakan uang yang disawer merupakan uang receh seperti uang logam pecahan Rp500.
Namun bagi warga Cirebon, uang saweran ini terkesan jauh lebih berharga dari bantuan yang dibagikan pemerintah seperti BLT. Parameternya, kegiatan sawer di Tawurji selalu dipadati ribuan warga setiap tahunnya.
Baru tahun ini Tawurji digelar dengan jumlah peserta yang terbatas. Pasalnya, Tawurji kali ini digelar di masa pandemi Covid-19 yang melarang kurumunan orang dalam jumlah besar.
Biasanya, agenda tawurji selalu menjadi agenda wisata Cirebon. Pasalnya, banyak orang dari berbagai daerah yang datang hanya untuk menyaksikan acara ini. Atau bahkan ikut berebut uang yang disawer dengan harapan mendapat keberkahan.
Bagi warga, uang koin dalam tradisi ini diyakini memiliki keberkahan tersendiri. Uang yang kerap disebut koin jimat itu, dianggap mampu menolak bala, dan memberikan kesehatan bagi kehidupan yang baik.
Warga pun biasanya tidak menggunakan uang tersebut unutuk transaksi jual beli. Mereka hanya menyimpan uang tersebut, biasanya di tempat usaha seperti warung dan toko.
"Uang dari Tawurji ini, saya tidak gunakan untuk berbelanja, tapi saya simpan di laci tempat saya usaha, sebagai jimat," kata Narsiti, salah seorang warga yang ikut pada tradisi Tawurji.
Dikatakan Narsiti, tradisi tawurji tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Karena saat ini tengah masa pandemi Covid-19, sehingga pihak keraton membatasi jumlah orang yang ikut tradisi ini.
Baca Juga: Amalan Rebo Wekasan, Ini Tata Cara Shalat Tolak Bala dan Doanya
"Tahun ini hasilnya banyak dibandingkan tahun sebelumnya, karena yang ikut juga sedikit. Uang ini dari tahun - tahun sebelumnya hingga sekarang tidak digunakan, tapi kalo ada yang minta saya kasih," katanya.
Tawurji atau tradisi sedekah di Rabu terakhir Bulan Safar digelar oleh Keluarga Keraton Kanoman Cirebon.
Dengan melantunkan nyanyian Tawurji, puluhan warga berdiri menunggu lemparan uang koin dari Sultan Keraton Kanoman, Sultan Raja Muhammad Emirudin.
Meski jumlah warga dibatasi karena masa pandemi Covid-19, warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi ini.
Penyelenggara kegiatan menerapkan protokol kesehatan, yakni dengan menjaga jarak dan menggunakan masker, warga tetap saja berkerumun dan berebut uang koin yang dilempar oleh Sultan dan Patih Keraton Kanoman.
Dikatakan Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina, bahwa tradisi Tawurji ini merupakan tradisi yang diturunkan Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidayatullah pada bulan Safar. Tawurji berasal dari suku kata tatawur atau memberi, sedangkan ji berasal dari kata haji bermakna sebagai orang mampu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Lereng Gunung Sinapeul Longsor, 100 KK di Arjasari Dievakuasi Darurat Malam Ini
-
Bukan Sekadar Ijazah, Rektor Baru IPB Dr. Alim Setiawan Siapkan Mahasiswa Jadi Global Leader
-
4 Spot Wisata Karawang Paling Kalcer dan Estetik Buat Healing Akhir Tahun Anti Boncos
-
3 Fakta Mengerikan di Balik 'Rudal Kayu' Banjir Bandang Sumatera Menurut Pakar IPB
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar