“Kita dihadapkan pada masalah baru dan teror baru yang disinyalir untuk melemahkawan warga yang masih bertahan,” ungkapnya.
“Ini yang menjadikan kami yakin Pemkot dengan kesewenang-wenangan ini menjolimi warga, dalam situasi saat ini pandemi menambah kesengsaraan warga, beban warga semakin bertambah, kami tidak punya rumah dan lainnya,” lanjutnya.
Kepercayaan warga terhadap Pemerintah Kota Bandung terus digerus, dengan tindakan-tindakan represif yang dilakukan. Pemerintah Kota dianggap tidak memiliki itikad baik kepada warga yang masih bertahan.
“Sudah kita lemah fisik, tanpa ada jaminan kesehatan, covid ini bikin kita juga takut sakit. Semua teror ini sepertinya tidak layak, mereka juga tidak layak dijuluki pemerintahan yang baik,” ungkapnya.
Baca Juga: Dua Tahun Pimpin Bandung, Oded-Yana Coba Bereskan PR
“Setelah situasi seperti ini membuat warga semakin lemah,” tambahnya.
Saat ini warga yang bertahan di reruntuhan Tamansari tinggal keluarga Eva, beberapa warga lainnya sebagian telah mengungsi dan terus menuntut agar Pemerintah Kota Bandung memberika hak-hak bagi warga yang masih bertahan.
Seperti tidak pernah surut, semangat perlawanan menuntut hak-hak terus diperjuangkan. Eva berserta pendamping hukum dari Perhimbunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI) Jawa Barat membangun kembali pembatas tanah warga dengan dengan lahan pembangunan rumah deret. Warga terus menuntut agar pemerintah Kota memberikan hak mereka.
“Kita akan bordir ulang untuk pembatas. Ini untuk membela diri kami, ini menjadi satu kebutuhan untuk ruang kami tetap bertahan,” tegas Eva.
Pendamping Hukum dari PHBI Jabar, Deti Sopandi mengungkapkan bahwa lahan di RW Tamansari Bandung masih berstatus sengekta. Ditambah beragam teror dan juga tindakan represif pada 12 Desember 2019 lalu belum juga diselesaikan oleh Pemerintah Kota Bandung.
Baca Juga: Suami Terbantu BPJS Kesehatan, Iis Bersyukur Terdaftar Sebagai Peserta
“Insiden tanggal 13 Januari 2021 kemarin pembongkaran benteng atau seng untuk warga yang masih bertahan, pembongkaran dengan cara premenisme dan tidak ada pemberitahuan, tiba-tiba, itu teror dan intimidasi untuk warga yang masih bertahan,” ungkapnya.
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
Terkini
-
Cari Titik Temu, Bupati Bogor Ajak Duduk Bersama Bahas Isu Viral Kades Minta THR
-
BRI Terapkan Prinsip ESG untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Bertanggung Jawab
-
BRI Berikan Tips Keamanan Digital: Waspada Kejahatan Siber Saat Idulfitri 1446 H
-
Program BRI Menanam Grow & Green: Meningkatkan Ekosistem dan Kapasitas Masyarakat Lokal
-
Dedi Mulyadi Skakmat PTPN: Kenapa Tanah Negara Disewakan, Perkebunannya Mana?