Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 09 Maret 2021 | 16:41 WIB
Petani cabai rawit tengah mengurus tanaman miliknya di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Pantas saja harga cabai di sejumlah pasar tradisional naik drastis. Ternyata harganya sudah mahal sejak dari tingkat petani. Pemicunya adalah hasil panen yang berkurang sebagai dampak pengaruh faktor cuaca.

Termasuk di daerah penghasil cabai di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Harga cabai rawit dari kebun saat ini berkisar Rp 80 ribu per kilogramnya.

"Memang sekarang lagi mahal, yang tanam cabai hanya segelintir orang. Saya juga hanya taman beberapa pohon untuk kebutuhan di rumah," kata Masri (55), salah seorang petani asal Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, KBB kepada Suara.com, Selasa (9/3/2021).

Masti membeberkan, cuaca saat ini menjadi membuat tanaman cabai lebih mudah terserang hama sehingga hasil panennya tidak maksimal. Selain itu, tingginya harga cabai saat ini juga disebabkan jalur distribusi yang terlalu panjang dari petani ke pasar.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit Super Mahal, Bagaimana Keadaan di Daerah Penghasilnya?

Dia mengaku, mahalnya harga cabai di tingkat petani juga tidak akan mendongkrak kesejahteraan sebab stoknya terbatas.

"Kalau misalkan tanamannya banyak, pertumbuhannya subur, terus harganya stabil, pasti kita juga sejahtera. Tapi sekarang kan enggak semua lagi panen," bebernya.

Ading, petani Desa Cikidang mengatakan, sejumlah petani di wilayahnya akan segera memasuki masa panen cabai pada minggu ini. Ia mengatakan, pasokan cabai saat ini memang berkurang karena faktor cuaca.

Pada pekan ini, harga cabai di petani dijual Rp 100 ribu per kilogram, sedangkan di pasar sudah menyentuh Rp 120 ribu per kilogram. Dia berharap, dengan rencana panen yang akan dilakukan pada pekan ini bisa menambah pasokan di pasar sehingga harga cabai bisa kembali normal.

"Mudah-mudahan harganya segera turun, soalnya mau harganya mahal atau murah, enggak pengaruh kepada petani," lanjutnya.

Baca Juga: Pedagang Ini Malah Untung di Masa Pandemi, Ternyata Ini yang Dijual

Ading juga mengungkapkan, minimnya stok cabai di pasar juga lebih disebabkan karena produksi di beberapa daerah penghasil sedang terjadi bencana.

"Iya bencana juga sangat mempengaruhi, kan rata-rata komoditas pertanian dihasilkan dari petani di kawasan pegunungan. Jika misalnya ada gunung meletus, otomatis petani juga enggak mau memanen," pungkasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More