SuaraJabar.id - Berjualan takjil atau makanan untuk berbuka puasa merupakan salah satu peluang bisnis yang menjanjikan selama bulan suci Ramadan.
Namun ada kalanya, para penjual takjil justru merugi karena dagangannya diangkut petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Ini biasanya terjadi jika pedagang takjil nekat berjualan di area dilarang berjualan.
Di masa pandemi Covid-19 seperti di bulan Ramadan tahun lalu, petugas juga bakal membubarkan pedagang takjil yang menyebabkan kerumunan orang.
Bukannya mendapat untung, barang dagangan disita kemudian mereka juga harus membayar denda jika terbukti melanggar peraturan.
Namun Satpol PP Kota Bandung memberikan kabar gembira bagi warga yang berniat untuk berjualan takjil di bulan Ramadan nanti. Satpol PP tak melarang penjualan takjik namun mengeluarkan sejumlah syarat yang harus diikuti.
Kota Bandung tak melarang masyarakat, untuk berdagang takjil selama bulan puasa tahun ini. Namun ada sejumlah syarat yang wajib diikuti. Salah satunya menerapkan protokol kesehatan
"Ini sudah kegiatan tahunan, selama dia tidak melanggar ketertiban umum tidak melanggar Perda, dan berjualan di tempat yang diperbolehkan tidak ada masalah," Kepala Satpol PP Kota Bandung, Rasdian Setiadi, saat dihubungi via ponselnya, Rabu (7/4/2021).
Penjualan takjil hanya diperbolehkan di kawasan zona kuning dan hijau. Untuk kawasan zona merah mereka tidak diperbolehkan. Namun Rasdian, tidak menjelaskan di mana saja wilayah yang masuk zona merah, zona kuning dan hijau.
"Seperti Dipenogoro itu tidak boleh, karena itu di zona merah. Kalau zona kuning atau hijau diperbolehkan. Tapi tidak melanggar ketertiban umum. Kalau zona merah langsung kita tindak dengan penegakan perda. Untuk zona merah ini ada tujuh wilayah," kata dia.
Baca Juga: Razia Penginapan di Kuansing, 4 Pasangan Bukan Suami Istri Diamankan
Untuk penertiban dan pengawasannya, lanjut Rasdian, nantinya akan dibantu oleh pihak kecamatan dan kelurahan di 30 kecamatan yang ada di kota Bandung.
Kebijakan ini pun, berlaku bagi kendaraan mobil toko (Moko). Mereka diperbolehkan berjualan, namun tetap mewajibkan tidak terjadi kerumunan serta menerapkan protokol kesehatan.
Kontributor : Cesar Yudistira
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Pecah Rekor! Indonesia Akhirnya Ekspor Langsung 48 Ton Durian Beku ke Tiongkok
-
Gandeng Sandiaga Uno, Kadin Tasikmalaya Perkuat Ekosistem Bisnis Nasional
-
Masuk Usia 130 Tahun, BRI Kenang Raden Bei Aria Wirjaatmadja sebagai Pendiri Visioner
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya