Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 17 Agustus 2021 | 12:39 WIB
Alun-alun Kota Cimahi saat ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan Rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Malah sebaliknya pasukan lokal dipaksa mundur sementara dari wilayah Cimahi ke daerah yang lebih aman dari Belanda.

"Namun ketika sudah aman, Belanda sering melakukan operasi ke daerah selatan melewati Sungai Citarum, sehingga ada salah satu jembatan yang sengaja di bom agar belanda tidak bisa lewat," sebut Machmud.

Titik pertempuran di Kota Cimahi juga terjadi di kawasan Cimindi, Leuwigajah hingga Baros (Jalan HMS Mintaredja) yang dilalui saat jelajah edisi Hati Pahlawan Nasional 2020. Kompi Daeng lagi-lagi terlibat dalam pertempuran tersebut.

Kemudian Jembatan Tagog juga dulunya merupakan titik pertempuran. Tokoh yang terlibat di dalamnya adalah Kompi Abdul Hamid dan berbagai laskar yang ada saat itu.

Baca Juga: Penuh Semangat, Difabel di Kabupaten Tegal Gelar Upacara Kemerdekaan

Pertempuran paling heroik terjadi di sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto yang dulunya tangsi dijadikan tangsi Belanda.

Pertempuran yang digawangi berbagai kompi, laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu terjadi selama 4 hari 4 malam.

"Hanya saja gak berbuah kemenangan, karena saat itu terbatas oleh senjata. Setelah itu, tepatnya tahun 1947 tidak ada serangan karena pada mengungsi," bebernya.

Selain itu, ada tempat-tempat lainnya yang dulunya jadi tempat perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah. Di antaranya Alun-alun Cimahi, Babakan Kandanguncal, dan Babakan Santri (Gunung Bohong).

"Jadi banyaknya peperangan di Cimahi dilakukan setelah kemerdekaan meski dalam waktu yang tidak lama hanya sampai tahun 1946," terangnya.

Baca Juga: Momen Kemerdekaan, Ini Rekomendasi 7 Game Android Buatan Anak Bangsa

Ada sejumlah nama yang dulunya terlibat dalam peperangan melawan penjajah di Kota Cimahi. Di antaranya Kompi Daeng Muhammad Ardiwinata, Kompi Ade Arifin, Embang Ardiwidjaja, Kapten Ishak, Sukimun hingga Usman Dhomiri.

Load More