Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 11:27 WIB
Rudy Setyopurnomo, mahasiswa doktoral di Program Studi Sains Management, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB). [ITB.ac.id]

SuaraJabar.id - Rudy Setyopurnomo kembali ke kampus. Bukan untuk menjadi dosen, melainkan menjadi mahasiswa mahasiswa doktoral di Program Studi Sains Management, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB).

Duduk kembali di bangku kuliah pada usia 69 tahun, Rudy pun tercatat sebagai mahasiswa tertua di ITB.

Tentunya jalan yang dipilih bapak tiga anak itu sangatlah inspiratif, di usianya yang sudah tidak muda lagi. ia masih memiliki semangat untuk mengenyam pendidikan.

Kepada Suara.com, Rudy pun mengungkapkan alasannya kembali kuliah. Selama ini, ia melihat banyak perusahaan yang rugi akibat menejemen yang tidak tahu caranya mengelola perusahaan, sebab banyak orang tidak diajarkan mengelola perusahaan.

Baca Juga: Demi Vaksin, Mahasiswa Papua Ini Rela Tempuh Perjalanan Puluhan Kilometer Ke Gunungkidul

"Setelah praktik kita menemukan beberapa perusahaan bangkrut dan rugi besar sampai sehari Rp 2 miliar," ungkap Rudy saat dihubungi pada Jumat (20/8/2021).

Kemudian, ia juga menemukan sekitar 1.000 dari total sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia merugi besar. Menurutnya. itu diakibatkan oleh ketidaktahuan dalam mengelola perusahaan.

Jika mereka tahu caranya agar bisa untung maka tidak perlu lagi subsidi.

Rudy pun menerapkan metode temuannya untuk membantu perusahaan-perusahaan hingga untuk besar. Ia namakan metode manajemen temuannya itu EBITDA Daily Control.

Cara itu mengendalikan setiap hari EBITDA, singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization yang fungsinya untuk melihat kondisi keuangan perusahaan.

Baca Juga: Mahasiswa UB Ciptakan Alat Pemantau Kualitas Air Berbasis Mikrokontroler

Akhirnya setelah menggunakan metode temuannya, Rudy berhasil membantu perusahaan-perusahaan mendapat keuntungan.

"Kemudian diperbaiki metodenya sampai mendapat untung Rp 500 juta sehari. Ada juga perusahaan penerbangan merugi Rp 1,8 miliar, setelah diperbaiki jadi untung Rp 400 juta," ungkapnya.

Jadi, lanjut dia, bukan titel atau gelar yang menjadi alasannya kembali duduk di bangku kuliah. Ia ingin membagi ilmu dan temuan ilmiahnya hingga menyempurnakannya dengan cara masuk ke program doktor agar diajarkan validasi dan riset yang baik.

"Jadi itu adalah alasan saya masuk program doktor agar bisa mengilmiahkan ilmu menejemen terapan tersebut dan bisa dipercaya semua orang bahkan seluruh dunia bisa memakainya. Nantinya ekonomi indonesia juga bisa naik," sebut Rudy.

Dia meyakini bila melanjutkan pendidikan doktor, ilmu terapan manajemen yang dia miliki bisa menjadi ilmiah dan mampu dipraktikkan untuk semua orang.

Untuk itu, topik riset yang ia ajukan sebagai proposal ialah “Essentials of Strategy Execution System to Manage Business Risks and Operation Profitability: Operation Management by EBITDA Daily Control to minimize operational risks and maximize operation profitability’.”

Perlu dicatat, pemilik nama lengkap Ir. Rudy Setyopurnomo MM; MPA; MSM itu merupakan lulusan ITB tahun 1976. Ia lulus dan meraih gelar Insinyur di bidang teknik mesin. Pada 1990, melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil Master of Management.

Tahun 1991 melanjutkan studi lagi ke Harvard University mengambil Master of Public Administration, tahun 1992 sekolah kembali ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengambil Master of Science in Management, lalu pada 1994, melanjutkan Post Graduate-sandwich program, di Stanford University.

Kini ia menjadi Founder, CEO PT Equiti Manajemen Teknologi dan Founder, Direktur Fountain Bali Hydro System Corp. Ltd. Hongkong. Ia juga pernah bekerja di berbagai perusahaan seperti Susi Air hingga Garuda Indonesia.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More