SuaraJabar.id - Gerakan 30 September 1965 yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia atau yang lebih dikenal dengan G30S PKI memberikan dampak yang cukup besar pada iklim politik di Kota Bandung.
Tak heran, PKI pernah memenangkan Pemilu DPRD Kota Bandung pada 1957. Partai berlambang palu arit itu sempat besar di Kota Bandung.
Ibu Kota orang Sunda ini pun pernah dipimpin oleh seorang wali kota yang disebut memiliki afiliasi kuat dengan PKI, yakni Didi Djukardi.
Namun konstelasi berubah setelah peristiwa berdarah G30S PKI. Warga Kota Kembang seolah menjadikan PKI dan segala sesuatu yang berhubungan dengan komunisme menjadi musuh bersama.
Salah satu bentuk penolakan rakyat Kota Bandung pada PKI dan segala sesuatu yang berbau komunis alah satunya dapat terlihat dari peristiwa yang terjadi pada Senin, 10 Mei 1966.
Dikutip dari buku berjudul 'Torehan Insan Membangun Negeri' yang diterbitkan oleh Ikatan Alumni SMAN 2 Bandung dan ditulis oleh Ari Syahril Ramadhan dan Dikdik Rahmat Mulyana, sempat terjadi perebutan aset yang dimiliki oleh pihak-pihak yang dianggap memiliki keteraitan dengan PKI, komunis dan Partai Komunis Tiongkok.
Salah satunya perebutan paksa bangunan kampus sekolah Chung Hwa yang berada di Jalan Cihampelas Kota Bandung oleh mahasiswa ITB.
Aksi itu berawal dari ribuan massa Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) menggelar Apel Pancasila di Alun-Alun Kota Bandung pada Senin, 10 Mei 1966 pagi.
Aksi massa ini sudah direncanakan dengan matang. Skemanya, seluruh massa aksi bergerak menuju Alun-Alun Bandung kemudian mendatangi beberapa lembaga yang diduga berafiliasi dengan Partai Komunis Tiongkok.
Baca Juga: Buku Merah Serpong, Catatan Sejarah 27 Anggota PKI Dilabeli Orang Terlarang di KTP
Namun, Hendro Martono, seorang Mahasiswa Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki rencana lain untuk momentum 10 Mei 1966 di Bandung.
Ia menggalang dukungan dari rekan-rekannya di Perisai Diri ITB. Tujuannya, untuk menduduki kampus sekolah Chung Hwa yang terletak di Jalan Cihampelas No. 173.
Setelah mendapat dukungan, Hendro mulai mengatur taktik dan strategi. Ia masih mengingat, saat itu Perisai Diri ITB menggelar rapat hingga pukul 01.00 dini hari. Maklum kata Hendro, banyak hal yang mereka bahas. Mulai dari pemetaan geografis, hingga taktik untuk tak terlihat oleh aparat keamanan.
Selasa pagi, 10 Mei 1966, massa anti-komunis ITB berkumpul di kampus. Mereka kemudian bergerak bersama menuju Alun-Alun Bandung untuk mengikuti Apel Pancasila.
Namun, Hendro dan anak-anak Perisai DIri ITB tidak ikut dalam barisan massa aksi. Mereka berbelok menuju titik kumpul yang sudah ditentukan.
Beberapa berkumpul di pertigaan Gandok. Tugasnya mengawasi pos polisi yang ada di sana.
Tag
Berita Terkait
-
Konservasi Air Mendesak, Pakar Sebut Pemerintah Gagal Capai Target Iklim
-
Penyintas Tragedi 1965 : Puluhan Tahun Dibungkam, Tak Berani Ungkap Identitas ke Publik
-
Kritik Pedas Sri Mulyani terhadap Sistem Kapitalis dan Komunis, Serukan Ekonomi Islam
-
Konjen Ungkap Tiongkok Dan Indonesia Punya Misi Bersama
-
Tandatangani Nota Kesepahaman, Telkomsel dan ITB Hadirkan AI Innovation Hub di KSTI Indonesia 2025
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Panas! Guru Patrick Kluivert Semprot Balik Pengkritik Rafael Struick
-
Calon Pengganti Ole Romeny Tiba di Jakarta! Langsung Bela Timnas Indonesia di FIFA Matchday?
-
Emas Antam Kembali Menggeliat, Cek Harga Terbaru
-
Sedetik Bawa FC Utrecht ke Liga Europa, Miliano Jonathans Cetak Rekor untuk Timnas Indonesia
-
Panas! Alex Pastoor Serang Rekan Miliano Jonathans: Kenapa Itu Harus Diucapkan?
Terkini
-
Lewat Program GEMPITA Lestari bersama UI, Bank Mandiri Perkuat Literasi Keuangan
-
Duel Parang Maut di Jasinga: WS Tewas dengan Luka 20 Cm Tembus Paru-paru, AF Jadi Tersangka
-
Kematian WS: Dari Ejekan di Lapangan Bola Jasinga, Berakhir Maut di Ujung Parang
-
IHR-Merdeka Cup 2025, Penonton Bakal Nikmati Kejuaraan Berkuda di Track Tepi Pantai Pangandaran
-
Dari Kurir Jadi Juragan! Dua Warga Bandung Raup Omzet Ratusan Juta