Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 09 Desember 2021 | 18:29 WIB
Petani cabai rawit di Lembang, Kabupaten Bandung Barat menunjukkan cabai rawit yang gagal panen akibat busuk. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Cuaca ekstrim yang melanda belakangan ini membuat petani cabai rawit di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) gigit jari. Cabai yang mereka tanam dan dipelihara rusak dan busuk.

Kondisi tersebut membuat petani gagal memanen cabai rawit, padahal harganya saat ini tengah naik namun petani malah harus merugi. Musim penghujan ini membuat tanaman terutama cabai cepat busuk.

"Kerugian sudah jelas, produksi cabai yang mestinya dipanen tidak sebanyak yang diharapkan. Jika dalam kondisi normal bisa 1 kwintal, hasil panen sekarang turun drastis menjadi 20 kilogram," ungkap Yayan (47) petani asal Desa Suntenjaya, Lembang, Kamis (9/12/2021).

Sehingga daripada dipanen, Yayan lebih memilih membiarkan tanamannya busuk di kebun.

Akibat minimnya pasokan, harga cabai dari petani kini melonjak menjadi diatas Rp 60 ribu perkilogramnya.

Diakuinya, petani tidak bisa menyiasati rusaknya tanaman dengan pemberian obat hama. Sebab, harga pestisida melonjak dua kali lipat.

Setiap kali panen, biaya perawatan yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan.

"Obat semakin mahal, naik 100 persen, enggak terbeli. Jadi cabai lebih gampang terserang hama, lebih banyak cabai yang busuk dibanding yang bagus," terang Yayan.

Menurut Yayan, untuk mengantisipasi gagalnya panen akibat cuaca buruk ini harus diimbangi dengan penurunan harga pupuk.

Sebab, cuaca buruk ini diprediksi masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Load More