SuaraJabar.id - Tokoh masyarakat Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali (Pacira) Dasep Kurnia Gunarudin menilai pembangunan Jalan Tol Soreang-Ciwidey-Pangalengan belum menjadi hal yang urgen untuk saat ini.
Pasalnya kata dia, pembangunan jalan tol itu digadang-gadang untuk pengembangan wisata Bandung Selatan.
Namun lanjut dia, potensi ekonomi kerakyatan bagi masyarakat Pacira dan pangalengan saat ini bukan pariwisata, melainkan pertanian.
Sehingga keberadaan tol untuk pengembangan wisata bukan menjadi hal penting saat ini bagi peningkatan ekonomi masyarakat.
"Seharunya pemerintah memikirkan cara untuk mendongkrak ekonomi kerakyatan pasca-pandemi. Daerah Pacira dan Pangalengan sangat terdampak setelah biaya produksi pertanian yang terus meningkat," ujar Dasep, Senin (18/4/2022).
Dasep yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Bandung tersebut melanjutkan, membangun tol memang bisa meningkatkan aksebilitas, namun bukan satu-satunya penyelesaian masalah masyarakat di sekitar kawasan objek wisata bandung selatan tersebut. Terlebih sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai buruh tani dan petani.
"Jalan tol hanya akan digunakan oleh orang-orang yang memiliki uang. Petani belum tentu mendapat untungnya. Jadi lebih baik memikirkan cara menyejahterakan petani dibanding membangun tol," katanya.
Terlebih, menurut Dasep, amanat undang-undang nomor 19 tahun 2013, pemerintah seharusnya memprioritaskan pembangunan bidang pertanian.
Undang-undang tersebut dikuatkan juga oleh Perda tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Baca Juga: Modus Guru Ngaji Tersangka Pencabulan 12 Anak di Pangalengan, Korban Diajak Wisata Air Panas
Apabila dua produk hukum tersebut benar-benar dijalankan, dipandang akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat petani di kawasan Pacira dan Pangalengan juga seluruh petani di Kabupaten Bandung.
"Jadi Pemkab Bandung jangan aneh-aneh dulu lah. Ini sudah jelas ada UU dan Perdanya tidak dikerjakan. Eh yang enggak ada Perda nya malah dikerjakan," ujarnya.
Selain itu, walaupun pembangunan tol disebut untuk meningkatkan pariwisata Bandung selatan, namun ada dampak lain yang membayangi, yakni kerusakan lingkungan.
Tag
Berita Terkait
-
Lupakan Hasil Fantastis di ACL 2, Thom Haye Tak Sabar Ingin Kalahkan MU
-
Farhan Minta Warga Tak Terprovokasi Ujaran Kebencian Resbob, Polda Jabar Mulai Profiling Akun Pelaku
-
Misteri Sekeluarga Tewas di Tol Tegal: Mesin Mati AC Nyala, Pengemudi Sempat Tolak Bantuan Medis
-
Bawa Kasus ke Jakarta, Pengacara Ungkap Sederet Kejanggalan Kasus Penembakan 5 Petani di Pino Raya
-
Kuasa Hukum: Banyak Pasal Dipreteli Polisi dalam Kasus Penembakan 5 Petani Bengkulu Selatan
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Rencana Dedi Mulyadi Ganti Konsultan Pengawas dengan Mahasiswa Tuai Kecaman Keras
-
Mitra MBG Disentil Keras, Diwajibkan Sumbang 30 Persen Laba untuk Sekolah
-
Minggir Dulu Lembang! Ini 4 Surga Wisata Alam Kabupaten Bandung Selatan untuk Healing Akhir Tahun
-
AgenBRILink Permudah Akses Layanan Perbankan bagi Masyarakat di Perbatasan
-
Sindiran Menohok Dedi Mulyadi Pasca Banjir Bandang: Belanda Tinggalkan Gedung Kokoh, Kita Apa?