Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 17:55 WIB
Jalan Gedung Empat di Kota Cimahi yang Diusulkan Berganti Menjadi Jalan Veteran (Suara.com/Ferry Bangkit)

Peristiwa itu terjadi tahun 1946 atau setahun usai Indonesia menyatakan Kemerdekaan. Saat itu, Kapten Isha sebagai KS-1 Detasemen Abdul Hamid bersama pasukannya melakukan penyelidikan untuk melihat kubu pertahanan Belanda yang ada di Segitiga Pasar Antri.

"Saat itu penduduk sudah banyak yang mengungsi," kata pegiat sejarah, Machmud Mubarok.

Pada saat bersamaan terjadi serangan ke tangsi pasukan Sekutu dan Belanda. Namun, pasukan Belanda juga melancarkan tembakan ke arah utara Jalan Gandawijaya. Sebab persenjataan pejuang tidak seimbang, mereka kemudian mengundurkan diri ke arah Gang Lurah dan Gang Rangsom.

Ketika itu Kapten Isha menyelinap ke ujung Jalan Gedong Opat, yang sekarang berjejer kios-kios bunga. Ia bersembunyi hingga pagi tak jauh dari kubu pertahanan Belanda. Namun ia terciduk para serdadu Belanda yang disebut Batalyon Andjing Nica.

Baca Juga: Haru, Seorang Kakek Bawa Bendera Merah Putih ke Lapangan Upacara, Warganet: The Real Veteran

"Kemudian beliau ditawan dan dibawa ke kubu pertahanan di pertigaan jalan Gatsu-Gedong Opat.
Kapten Isha kemudian diikat pada sebuah pohon," terang Machmud.

Kabar gugurnya Kapten Isha itu langsung tersiar dan diketahui Pasukan Polisi Tentara Thannos dan Kompi Daeng. Ia memerintahkan Regu Damiri untuk mengambil jenazah Kapten Isha. Namun saat berusaha medekati jenazahnya, pasukan tersebut ditembaki Sekutu dan Belanda sehingga balik kanan.

Akhirnya jenazah Kapten Isha berhasil dibawa Polisi Negara Cimahi pimpinan Komisaris Arifin, yang mendapatkan telepon dari komandan tangsi tentara Sekutu. Jenazahnya kemudian dikebumilan pegawai desa kalau itu.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Baca Juga: HUT RI ke-77, Veteran Perang di Tangsel: Makna Kemerdekaan Mulai Luntur

Load More