SuaraJabar.id - Guru Besar Universitas Bhayangkara Jaya Profesor (Ris) Hermawan Sulistyo atau Prof Kikiek mengatakan, penggunaan gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan di Malang jelas menyalahi aturan.
Apalagi FIFA sudah mengatur pelarangan gas air mata saat pengamanan. Larangan itu tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations. Pada Pasal 19b tertulis No firearms or "crwod control gas" shall be carried or used".
"Jelas menyalahi aturan karena aturan FIFA sudah jelas. Gas air mata itu untuk membubarkan massa untuk bubar supaya tidak terkonsentrasi. Lah ini kalau dikurung, ditembakin gas air mata, ya ngga bisa keluar, mati dia di situ," kata Prof Kikiek saat ditemui usai menghadiri Diskusi Nasional Revitalisasi Kompolnas di Era Digital di Universitas Langlangbuana, Kota Bandung pada Selasa (4/10/2022).
Kini yang menjadi pertanyaan, kata dia, apakah para personel yang bertugas di lapangan mengetahui aturan tersebut atau tidak sama sekali. Sehingga tiba-tiba malah menembakan gas air mata kepada para suporter saat terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Baca Juga: Valentino Jebret Menangis di Depan Deddy Corbuzier: Shock Kaya Kena Mental
"Sudah jelas FIFA punya aturan detail. Nah pertanyaan saya, kenapa polisi dan aparat keamanan masih membolehkan? karena sudah pasti mereka nggak tahu. Lalu pertanyaannya adalah kenapa mereka ngga tahu? mereka tidak didesain untuk jaga sepak bola, harusnya kan panitia memberi tahu di rapat," sebut Prof Kikiek.
Selain itu, dirinya juga menyoroti pertandingan di Indonesia yang selalu digelar pada malam hari untuk laga-laga besar. Alasannya menurut Prof Kikiek karena malam hari adalah jam tayang utama atau prime time yang akan berdampak terhadap keuntungan.
"Lalu kenapa ngga mau siang? Karena enggak prime time. Prime time memang dampaknya pada uang, pemasukan untuk panitia dan PSSI," katanya.
Sebelumnya, tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022) usai laga Arema FC kontra Persebaya membuat ratusan nyawa melayang. Penggunaan gas air mata untuk mengurai suporter pun menjadi sorotan.
Dalam Tragedi Kanjuruhan, indikasi utama jatuhnya korban jiwa adalah gas air mata yang jelas dalam aturan FIFA dilarang penggunaannya.
Tertuang dalam Pasal 19(b) yang menyebut dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau "gas pengendali massa".
Berita Terkait
-
Mengintip Kemegahan Masjid Al Jabbar, Tempat Ibadah yang jadi Salah Satu Wisata Religi di Bandung
-
Media Malaysia: Jordi Amat Diincar 2 Klub Indonesia
-
Persib Bandung Menuju Back to Back Juara BRI Liga 1, Ini Jadwal Lengkap di Bulan April
-
Kontrak di Sabah FC Habis Mei 2025, Saddil Ramdani Dirumorkan Gabung Persib Bandung
-
Tak Sampai Rp2 Juta, Kemensos Tawarkan Kuliah di Poltekesos, Terjangkau Buat Keluarga Prasejahtera
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
Pilihan
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
Terkini
-
Cari Titik Temu, Bupati Bogor Ajak Duduk Bersama Bahas Isu Viral Kades Minta THR
-
BRI Terapkan Prinsip ESG untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Bertanggung Jawab
-
BRI Berikan Tips Keamanan Digital: Waspada Kejahatan Siber Saat Idulfitri 1446 H
-
Program BRI Menanam Grow & Green: Meningkatkan Ekosistem dan Kapasitas Masyarakat Lokal
-
Dedi Mulyadi Skakmat PTPN: Kenapa Tanah Negara Disewakan, Perkebunannya Mana?