SuaraJabar.id - Dua tempat bersejarah yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Kota Cimahi ditetpakn sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota.
Kedua tempat bersejarah yang kini jadi cagar budaya adalah The Historich atau Gedung Sudirman di Jalan Sudirman dan Stasiun Cimahi yang berada di Jalan Stasiun.
"Iya betul kita sudah menetapkan dua bangunan tersebut menjadi cagar budaya melalui SK Wali Kota," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan Dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi Achmad Nuryana saat dihubungi Suara.com pada Jumat (26/11/2022).
Penetapan dua bangunan bersejarah itu sebagai cahar budaya berdasatkan hasil kajian yang dilakukan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), yang kemudian merekomendasikan dan dibuat SK Wali Kota Cimahi Nomor 430Kep1692-Disbudparpora/2022 Tanggal 10 Mei 2022 Tentang Bangunan Gedung Sudirman sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota Cimahi.
Baca Juga: Dikunjungi Dua Kali, Duta Besar Belanda Bakal Gali Potensi Wisata di Kota Depok
Serta SK Wali Kota Cimahi Nomor 430/1691-Disbudparpora/2022 Tanggal 10 Mei 2022 Tentang Bangunan Stasiun Kereta Api Cimahi sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota Cimahi.
"Setelah ditetapkan nantinya akan keberlanjutan. Komitmen tetap mempertahankan sebagai cagar budaya patut kita apresiasi. Nanti kita akan bantu pemeliharaan sesuai ketersediaan anggaran di APBD Kota Cimahi," jelas Achmad.
Berikut Sejarah Lengkap Dua Cagar Budaya di Kota Cimahi
1. Stasiun Cimahi
Stasiun Cimahi menjadi salah satu saksi sejarah dibangunnya jalur kereta api era Belanda yang hingga kini masih aktif. Stasiun Cimahi merupakan bagian dari pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka.
Baca Juga: Melihat Uji Coba Lokomotif Mak Itam di Sawahlunto
"Kalung besi" Bogor-Bandung-Cicalengka mulai digarap sekitar tahun 1879 oleh perusahaan kereta api Negara Staatssporwegen (SS) sepanjang 181 kilometer. Stasion Tjimahi kemudian mulai beroperasi tahun 1884.
Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta). Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia.
Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.
Dengan terhubunhnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.
"Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia," kata pegiat sejarah, Machmud Mubarok.
Bersumber pada heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Halte Cimahi. Yakni jurusan Bogor - Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp). Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.
Seiring perkembangan waktu, Stasion Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.
Keberadaan Stasion Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi stasion tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.
"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.
Terkini, Stasion Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.
Di antaranya tempat pengisian air untuk kereta api uap. Namun sangat disayangkan sebab menurut Machmud talang pada bangunan berbentuk kotak itu kini hilang tak terpasang lagi.
Padalah, kata dia, tempat pengisian air tersebut merupakan ciri khas. Sebab, tak semua stasion terdapat bangunan serupa. "Itu ciri khas karena gak semau stasion punya tempat pengisian air. Di jajaran Bandung-Cianjur, satu-satunya di Cimahi," ujar Achmad.
2. The Historich
The Historich atau Gedung Sudirman merupakan peninggalan pemerintahan Hindia-Belanda yang mulai dibangun saat masa pemerintahan kolonialisme Belanda tahun 1895. Dulunya gedung tersebut digunakan sebagai tempat berkumpul dan hiburan, khususnya tentara Belanda.
"Jadi ketika itu tentara-tentara kan lelah sehabis bertempur atau latihan. Maka hiburannya di gedung itu. Di sana ada teater, dansa, pertunjukan film," ujarnya.
Sebelum dinamakan The Historich, gedung tersebut dinamakan Societeiet voor Officieren. Ketika pindah tangan ke TNI AD, namanya kemudian berganti menjadi Balai Prajurit Sudirman, hingga akhirnya berubah lagi menjadi The Historich.
Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya indische empire stijl. Gaya arsitektur itu dipengaruhi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels, yang menginginkan bangunan-bangunan yang bergaya Romawi dan Yunani.
Pada bagian luar, bangunan zaman Belanda masih tak berubah hingga kini. Begitupun pada bagian dalam gedung. Ada beberapa bagian di dalamnya, seperti panggung permanen dan beberapa ruangan yang tak mengalami perubahan.
"Kalau yang societet itu punya ciri tiangnya ionic atau bergelung. Jadi kalau kita lihat kolom, nanti di atasnya itu ada gelung," ujar Machmud.
Di balik kemegahan dan kekokohannya, arsitek yang membuat The Historich hingga kini belum diketahui secara pasti. Machmud belum memiliki catatan pastinya. Hanya saja ia menduga arsitekturnya adalah Kapten der Genie Fischer bersama asistennya VL Slors, yang memimpin pembangunan Garnizun di Cimahi.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Kereta Api Jayakarta Dilempari Batu, KAI Daop 6 Yogyakarta Geram dan Ancam Pidana Berat
-
Siapkan Rp 20 triliun, Kang Dedi Mulyadi Akan Aktifkan 11 Jalur Kereta Api di Jabar
-
Ribut-ribut Soal Ijazah, Potret Ijazah Bung Hatta Dipajang di Kampus Belanda Tuai Sorotan
-
Bersanding dengan Bintang Ajax, Calvin Verdonk Masuk Team of The Week
-
4 Pemain Keturunan Diacuhkan Timnas Belanda, Tak Lama Lagi Bela Timnas Indonesia
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
Pilihan
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
Terkini
-
Prestasi Mendunia dan Membanggakan: BRI Raih Euromoney Private Banking Awards 2025 di London
-
Kain Tenun Ulos Kebanggaan Indonesia Sukses Tembus Pasar Amerika Serikat Berkat Klasterkuhidupku BRI
-
Berdayakan UMKM Go Global, BRI Hadirkan Binaannya di FHA-Food & Beverage 2025 Singapura
-
Bersinergi dengan BPKH dan Kemenag, BRI Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2025
-
Direktur Utama BRI Hery Gunardi Jadi Ketum PERBANAS 20242028, Punya Berbagai Karir Cemerlang