SuaraJabar.id - Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, melakukan sterilisasi pasar hewan dengan melakukan penyemprotan disinfektan dan memeriksa kesehatan hewan ternak sapi untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini kasusnya sudah banyak ditemukan di Tasikmalaya.
"Dua minggu ke depan pasar hewan ini akan kami tutup dulu supaya ada perbaikan untuk mengurangi penyebaran," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya, Tatang Wahyudin saat melakukan pengecekan Pasar Hewan Manonjaya, Tasikmalaya, Rabu (8/1/2025).
Pihaknya sudah menurunkan tim dokter kesehatan hewan untuk melakukan pemeriksaan hewan ternak sapi sebagai langkah antisipasi agar penyebaran PMK tidak terus meluas.
Termasuk saat ini, kata dia, pemerintah daerah menutup sementara Pasar Hewan Manonjaya agar tidak terjadi penyebaran wabah PMK secara masif dari luar maupun di wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
"Kami juga akan melakukan edukasi kepada peternak seluruh Kabupaten Tasikmalaya," katanya.
Saat ini populasi sapi di Kabupaten Tasikmalaya tercatat sebanyak 45 ribu ekor, dan laporan sementara sebanyak 470 sapi terjangkit wabah PMK, 36 sapi mati karena PMK.
Daerah yang cukup banyak terjangkit wabah PMK pada sapi itu, kata dia, yakni wilayah selatan Tasikmalaya seperti Kecamatan Cipatujah, Parungponteng, Karangnunggal, Bantarkalong, dan Cikalong.
"Terbesar adalah di daerah selatan, populasi kami dari Tasikmalaya hampir 45 ribu ekor, dan kemarin kami telah melakukan identifikasi dengan hari ini dari 470 ekor itu 36 mati," katanya.
Salah seorang tim kesehatan hewan drh Dewi Kusuma Wardhani mengatakan pemeriksaan kesehatan hewan sebagai langkah mendeteksi dini terhadap ternak sapi untuk mencegah penyebaran wabah PMK.
Baca Juga: Tanggulangi Penyebaran PMK, Pemkab Purwakarta Perketat Pengawasan Lalu Lintas Hewan Ternak
Jika ada sapi yang kondisinya diduga terjangkit PMK, kata dia, maka cara penanganannya dengan memisahkan kandang agar tidak menularkan penyakit ke sapi lainnya.
"Kalau PMK ada kaki melepuh kayak sariawan, dipisahin dulu nanti ada penanganan lain," katanya.
Salah seorang peternak sapi, Asep mengatakan akibat wabah PMK tersebut terjadi penurunan penjualan, begitu juga harganya menjadi turun, dan untuk membeli sapi yang kondisinya sehat harganya mahal.
"Kalau yang sehat mahal, kalau yang sakit dibawa ke jagal daripada tewas menjadi masalah," pungkasnya seperti dimuat ANTARA.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Mobil Ketua Karang Taruna Bogor Dihancurkan OTK! Bukan Pencurian Biasa, Ada Dugaan Teror Serius
-
Krisis Air PDAM Tirta Kahuripan Kian Parah, Netizen Kepung Medsos Desak Dedi Mulyadi Turun Tangan
-
Dedi Tantang Purbaya Buka Data! Bantah Endapkan Triliunan Uang Rakyat di Deposito
-
Dedi Mulyadi Murka Dituding Timbun Dana Rp4,17 T, Tantang Menkeu Purbaya Buka Data Daerah Lain
-
Geger! Respons Pemangkasan Dana Pusat, Dedi Mulyadi Pangkas Jam Kerja ASN di Jabar