SuaraJabar.id - Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menurunkan tim kesehatan hewan untuk mengantisipasi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dengan memeriksa kondisi kesehatan dan melakukan pengobatan terhadap hewan ternak apabila terindikasi penyakit tersebut.
"Tim melakukan sosialisasi penanganan di lapangan, pengadaan vaksin mandiri peternak, dan kami terus pendampingan di lapangan melakukan biosekuriti," kata Kepala Diskannak Kabupaten Garut Beni Yoga Gunasantika di Garut, Jumat (10/1/2025).
Ia menuturkan wabah PMK selama ini masih mengancam ternak, seperti sapi perah, sapi potong, dan kerbau, di Kabupaten Garut, sehingga pihaknya terus melakukan upaya untuk pencegahan dan pengobatan.
Tercatat sampai saat ini, kata dia, sebanyak 161 ternak terdiri dari sapi dan kerbau terjangkit wabah PMK dan sebanyak dua ternak mati dengan kondisi positif PMK.
"Ternak terinfeksi antara lain sapi perah, sapi potong, kerbau, berjumlah 161 ekor, ternak mati dua ekor," kata Beni kepada ANTARA.
Ia menyampaikan tim kesehatan hewan selama ini terus bergerak di lapangan untuk mensosialisasikan dan mengedukasi peternak terkait ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK dan bagaimana cara penanganannya.
Tim di lapangan juga, kata dia, melakukan pengecekan ke setiap kandang peternakan untuk memastikan kondisi kesehatan ternak, jika ada ciri-ciri atau terindikasi terjangkit PMK maka akan dilakukan pengobatan.
"Upaya pengendaliannya melakukan identifikasi kasus, surveilans dan respon cepat pelaporan dari lapangan, serta upaya pengobatan pada ternak yang bergejala," katanya.
Ia menjelaskan PMK merupakan salah satu penyakit menular pada hewan yang disebabkan virus yang menyerang ternak, seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau, penyakit tersebut menular antar-satwa tersebut.
Baca Juga: Remaja yang Tewas Tertancap Pagar di Cianjur Murni Kecelakaan
Dampak yang ditimbulkan akibat PMK itu, kata dia, kerugian ekonomi karena menyebabkan penurunan produksi daging dan susu, serta menghambat perdagangan hewan ternak dan produk hewani.
Upaya mencegah penyebaran wabah agar tidak terus meluas, kata dia, maka dilakukan perlindungan untuk menjaga kesehatan hewan dengan cara membersihkan kandang, penyemprotan disinfektan, dan pembatasan keluar masuk orang.
"Edukasi dalam peningkatan biosekuriti dengan cara pembersihan kandang dan sarana lainnya menggunakan desinfektan serta pembatasan keluar masuk orang yang tidak berkepentingan di lingkungan kandang," katanya.
Terkait upaya vaksinasi, lanjutnya, juga sama dilakukan, namun saat ini pemerintah tidak mengalokasikan untuk vaksinasi gratis, melainkan sesuai aturan hanya bisa dilakukan secara mandiri oleh peternak.
"Sesuai surat edaran dari Kementan, vaksin dilaksanakan mandiri oleh peternak," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Terbaik Liga 2: Saya Siap Gantikan Ole Romeny!
- Pemain Arsenal Mengaku Terbuka Bela Timnas Indonesia
- 3 Pemain Timnas Indonesia U-23 yang Perlu Diparkir saat Lawan Malaysia
- Pemain Keturunan Rp225 Miliar Tolak Gabung Timnas Indonesia, Publik: Keluarga Lo Bakal Dihujat
- 4 Sedan Bekas Murah di Bawah Rp 30 Juta: Perawatan Mudah, Cocok untuk Anak Muda
Pilihan
-
Pegawai Kemenkeu Berkurang Hampir 1.000 Orang, Sri Mulyani: Dampak Digitalisasi!
-
Bos Garuda Blak-blakan Soal Dana Pembelian 50 Pesawat Boeing, Erick Thohir Disebut Setuju
-
Menko Airlangga Kumpulkan Para Pengusaha Usai Tarif Trump 19 Persen
-
Emiten Tekstil Indonesia Berguguran, Asia Pacific Fibers (POLY) Tutup Permanen Pabrik Karawang!
-
Penyerang Keturunan Sudah Tiba dan Disambut Bek Timnas Indonesia, Tunggu Arahan Patrick Kluivert
Terkini
-
Tak Cuma Jual Beras, Ratusan Koperasi Merah Putih di Bogor Dilengkapi Klinik Kesehatan
-
Pesta Anak Dedi Mulyadi Berujung Maut, Polda Jabar Ambil Alih Kasus Periksa WO dan Satpol PP
-
4 Cara Membayar Listrik Bulanan Lewat Aplikasi
-
BRI Fasilitasi Pemberdayaan Koperasi Desa Merah Putih lewat AgenBRILink
-
Analis Pertahankan BBRI, Koperasi Desa Merah Putih Beri Dukungan Sentimen