SuaraJabar.id - Kisah pilu datang dari seorang siswa SMP di Sukabumi. DS, remaja berusia belasan tahun, terpaksa meninggalkan bangku sekolah akibat perundungan yang dialaminya. Peristiwa traumatis tersebut memaksanya untuk memilih homeschooling demi menjaga kesehatan mentalnya.
Kejadian bullying yang dialami DS terjadi pada Agustus 2024. Saat itu, DS yang tengah berada di belakang kantin sekolah menjadi sasaran kekerasan fisik oleh sekelompok remaja dari sekolah lain. Pukulan yang diterima di wajah membuatnya trauma dan takut untuk kembali ke sekolah.
"Dipukul di belakang kantin sekolah. Tidak ada saksi, saya hanya sendiri. Ada lima orang dua dari SMK dan tiga dari SMA," ujar DS, Selasa 3 Januari 2025.
"Saya tidak kenal dan tidak tahu namanya. Wajah saya memar," jelasnya.
Kejadian tersebut tidak hanya meninggalkan luka fisik, akan tetapi juga menghantam mental yang mendalam pada DS.
Akibat trauma yang dialaminya, DS mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi belajar dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah merawat ayahnya yang sakit.
"Saya takut untuk kembali ke sekolah. Saya lebih nyaman di rumah saja," ujar DS.
Upaya Sekolah dan Keluarga
Pihak sekolah, dalam hal ini SMPN 1 Jampangtengah, telah berupaya untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka telah melakukan pertemuan dengan orang tua siswa pelaku dan korban, serta melibatkan pihak kepolisian.
Baca Juga: Komisi II DPRD Sukabumi Panggil Puluhan Pengusaha Tambang
Namun, upaya mediasi tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan.
"Ada 10 orang yang hadir, termasuk orang tua pelaku yang diperkirakan dari SMA, orang tua korban dan para guru. Hingga malam tidak ada kesepakatan, Saya meminta bantuan kepolisian untuk mengungkap siapa pelakunya," ujar Supendi, Kepala SMPN 1 Jampangtengah, Rabu, 15 Januari 2025.
Untuk mendukung proses pembelajaran DS, pihak sekolah memutuskan untuk memberikan layanan home schooling. Guru-guru datang ke rumah DS untuk memberikan materi pelajaran.
Selain itu, sekolah juga memberikan bantuan biaya transportasi untuk meringankan beban keluarga DS.
"Kami mendatangkan guru ke rumahnya untuk memberikan materi pelajaran agar pendidikan tidak terganggu," kata Supendi.
"Kondisi medan yang sulit dilalui kendaraan, terutama saat musim hujan, menjadi salah satu kendala bagi dia untuk hadir setiap hari. Kami membantu untuk transportasi sekolah, terutama karena jarak rumah Ds cukup jauh," tambah Supendi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Cara Membedakan Sepatu Original dan KW, Ini 7 Tanda yang Harus Diperiksa
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Puncak Dirombak Total! 130 Lapak PKL Digusur, Jalur Pedestrian dan Taman Tematik Siap Dibangun
-
Pria Diduga Lawan Main Lisa Mariana Diperiksa Polisi
-
Road to The Papandayan Jazz Fest 2025: Penampilan ROUGE Berikan Kesan Mendalam
-
Kisah Pilu Korban Terakhir Kericuhan Pesta Rakyat Garut, Terbaring Sendiri Tanpa Nama dan Keluarga
-
5 Tanaman Eksklusif yang Bikin Rumah Sejuk