Scroll untuk membaca artikel
Syaiful Rachman
Rabu, 29 Januari 2025 | 12:05 WIB
Ilustrasi Feng Shui. (Dekoruma)

SuaraJabar.id - Tahun Baru Imlek 2025 atau 2576 Kongzili dirayakan oleh masyarakat Tionghoa pada hari ini, 29 Januari 2025.

Suasananya yang ramai, penuh dengan warna merah dan kuning serta lambang ular kayu yang menjadi ikon tahun 2025, mengundang rasa penasaran sejumlah masyarakat lainnya untuk mencari tahu berkaitan dengan budaya Tionghoa.

Rasa penasaran itu, sebut saja peruntungan 12 shio ataupun tata letak rumah yang ditentukan berdasarkan feng shui yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan manusia selama satu tahun ke depan.

Kebanyakan mereka yang ingin mendapatkan hoki dan “cuan” akan mendatangi para ahli feng shui untuk melakukan konsultasi. Durasinya dapat dilakukan dalam waktu singkat yakni dimulai dari 1 jam hingga waktu cukup panjang seperti konsultasi hari baik untuk melahirkan atau menata ruangan kantor.

Baca Juga: Polisi Siapkan One Way di Jalur Bocimi, Antisipasi Kemacetan Arus Balik

Tapi tahukah anda bahwa para ahli feng shui tersebut belum tentu memiliki kemampuan spiritual?

Pakar feng shui Gunadi Widjaja menceritakan pada mulanya profesi itu terbentuk karena adanya rasa ingin menolong orang yang tinggi di zaman dahulu kala. Feng shui mulanya dikenal dengan nama “kang yi” yang berarti melihat daratan.

Orang-orang yang mengerti akan tata letak rumah biasanya adalah orang yang dituakan di kampung dan semua saran yang diberikan akan didengar oleh para warga.

Profesi ini menuntut ahli untuk memahami tata letak rumah yang membawa energi baik bagi penghuninya. Mereka juga dituntut mempelajari pola energi alam semesta dan pengaruhnya pada kehidupan manusia.

“Yang suka salah kaprah bahwa seorang ahli feng shui harus punya kemampuan supranatural, padahal tidak. Tapi orang yang punya kemampuan supranatural belum tentu bisa feng shui,” ujar Gunadi.

Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Pengguna Kendaraan Listrik Selama Libur Panjang, PLN Sediakan 18 SPKLU di Cianjur

Ahli Feng Shui, Yulius Fang (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Pakar feng shui Yulius Fang melanjutkan bahwa baik feng shui maupun para ahli telah ada dalam sejarah sekitar 6 ribu tahun yang lalu. Feng shui murni merupakan buah hasil riset dan penelitian bangsa Tiongkok selama ribuan tahun oleh para leluhur cendekiawan pada zaman tersebut.

Penemuan aplikasi feng shui terkuno adalah pada pengaturan situs makam yang diperkirakan berasal dari tahun 4 ribu sebelum masehi.

Pada zaman Tiongkok kuno dahulu, para ahli harus melakukan survei terlebih dahulu menggunakan cara manual yakni berjalan kaki selama berbulan-bulan maupun tahunan hanya untuk mencari lokasi bagus untuk membangun sebuah kota, bangunan istana atau makam.

Karena profesi itu dianggap sangat penting, kaisar yang berkuasa pun sampai memiliki departemen feng shui yang isinya sekumpulan cendekiawan cerdas yang telah melewati ujian negara.

“Departemen feng shui pada zaman dahulu mirip dengan departemen tata kota, teknik sipil, arsitektur pada zaman sekarang. Departemen itu akan menentukan lokasi yang cocok untuk dibuat kota, kawasan pemukiman, istana, kantor pemerintahan, atau makam. Caranya adalah dengan melakukan survei assesment terhadap kondisi lingkungan alam sekitar,” kata dia.

Faktor lingkungan alam yang dianalisis dalam penentuan lokasi dan bentuk bangunan antara lain bagaimana kondisi struktur pegunungan sekitar, kontur tanah, badan air, kualitas tanah, aliran angin dan kondisi musim di area tersebut.

Sementara ilmu yang digunakan adalah bersifat ilmiah seperti geografi, topografi, arsitektur, matematika hingga fisika.

Dalam departemen feng shui, juga ada bagian lain seperti astronomi yang mengamati pergerakan benda-benda langit dan bagaimana pengaruhnya terhadap bumi, terhadap peruntungan manusia dan terhadap suatu wilayah.

Deretan Shio dalam astrologi China di Tahun Babi Tanah 2019. (Shutterstock)

Berbeda dengan Astrologi

Meski mempelajari astronomi ternyata feng shui berbeda dengan astrologi yang seringkali dikaitkan dengan 12 shio yang berasal dari China.

Menurut Gunadi, feng shui lebih berbicara soal ilmu menata rumah yang akan mendukung penghuninya untuk lebih sehat dan produktif, lebih mudah mencapai sukses maupun tujuan hidup.

Sedangkan 12 shio berasal dari adanya konstelasi di galaksi tata surya dan planet-planet. Shio pun sama dengan zodiak dalam legenda Yunani, hanya berbeda nama penyebutan saja.

Shio menggunakan planet Jupiter yang dianggap sebagai planet terbesar dalam tata surya sebagai tolok ukurnya. Satu kali putaran Jupiter mengelilingi matahari membutuhkan waktu 12 tahun lamanya.

Selama masa tersebut, para shio mempunyai peruntungannya masing-masing karena energi dari Jupiter diyakini dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

“Yang kita pelajari pengaruh energi dari langit pengaruh terhadap manusia dan pengaruh terhadap bumi ini yang kita atur supaya hidup kita jadi sukses itu ada targetnya. Jadi bukan sekadar tahu peruntungan shio biar tidak jadi ciong (ketidakharmonisan),” katanya.

Ilustrasi percaya hal mistis (pexels/whitebalance.oatt)

Tantangan di Masa Kini

Bukan berarti feng shui tidak mengalami kendala. Selama menjadi praktisi feng shui selama kurang lebih 30 tahun, sulit memberikan penjelasan dan membuat orang lain percaya.

Penyebabnya yakni karena feng shui selalu dikaitkan dengan hal-hal ghaib sejak dulu kala. Makanya, ada saja kelompok masyarakat yang menganggap segala bentuk informasi feng shui hanyalah akal-akalan orang-orang yang mengaku pintar spiritual saja.

Kalaupun percaya, tantangan lainnya adalah para klien yang datang berkonsultasi ingin hasil yang instan. Datang hari ini dan langsung kaya raya esok hari.

“Mereka akhirnya bilang susah sekali, sebenarnya bukan susah, karena kita yang salah jalan sehingga seolah-olah susah. Itu yang akan kita betulkan, makanya kita coba betulkan, feng shui membaca dia untuk mengubah, bisa tidak di tempat ini ada jalan pintas supaya dia tidak balik lagi salah jalan,” kata Gunadi.

Sedangkan bagi Yulius, tantangan utama adalah anggapan keliru masyarakat bahwa feng shui berhubungan dengan klenik, spiritual, agama tertentu maupun kegiatan paranormal.

“Kami bukanlah paranormal. Di zaman sekarang ini, ilmu feng shui ini bisa dipelajari semua orang, karena ada sekolah dan akademinya. Feng shui yang ilmiah tidak mengandalkan kekuatan paranormal, maupun intuisi atau indera keenam,” kata Yulius.

Di samping itu dengan kemajuan teknologi informasi memberikan tantangan berupa penyebaran informasi yang keliru tentang feng shui yang tidak ilmiah juga semakin cepat.

Banyak mitos atau salah kaprah atau misinformasi yang beredar. Mitos-mitos yang banyak beredar seringkali membuat masyarakat menerapkan Feng Shui dengan tidak tepat dan berpandangan negatif pada keefektifan feng shui tersebut.

Padahal, menurutnya, feng shui rumah yang baik ditentukan oleh beberapa faktor. Jadi tidak bisa menilai bahwa feng shui sebuah bangunan buruk hanya karena satu hal saja.

Jadi, bila kita merasa telah menerapkan feng shui berdasarkan kata orang tua atau informasi dari sumber yang kurang jelas kredibilitas dan kompetensi ilmunya, maka bisa saja sudah menerapkan mitos yang merugikan atau tidak efektif.

Belum lagi kemajuan teknologi yang menuntut ahli feng shui perlu penyesuaian dalam analisis. Misalnya bentuk bangunan yang kreatif, avant garde dan aneh akan membuat ahli feng shui untuk mendefinisikan ulang terhadap konsep feng shui tradisional dengan penyesuaian modern.

Contoh lain yang sering terjadi adalah di zaman dulu dapur dan toilet terpisah dari bangunan inti, di zaman sekarang bahkan toilet ada di dalam kamar tidur, tentu penyesuaian analisis perlu dilakukan.

Dengan segala bentuk tantangan itu, akhirnya para ahli feng shui berupaya untuk terus menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi zaman.

Meski di satu sisi kemajuan teknologi menyebabkan tantangan, penerapan feng shui yang ilmiah juga semakin relevan dengan adanya bantuan dari penggunaan teknologi canggih, seperti teknologi untuk memproses data dan rumus feng shui, serta penggunaan teknologi sesuai kondisi lokasi di mana bangunan dan orang tersebut berada.

Kemajuan kompas magnetik yang dibuat lebih akurat juga bermanfaat untuk mengukur derajat arah hadap sebuah bangunan. Pemetaan peta dan bangunan dari satelit dalam aplikasi peta, serta penggunaan drone, juga membantu pemetaaan geografi serta topografi sebuah area dengan lebih baik.

Dengan adanya pengaplikasian teknologi canggih, menurut Yulius para ahli feng shui sekarang secara potensial bisa meningkatkan keakuratan analisis dan riset feng shui untuk hasil yang lebih baik di bandingkan dengan zaman dulu.

Melalui penggunaan aplikasi feng shui dan astrologi serta hari baik juga sangat menghemat waktu pekerjaan para ahli feng shui.

Feng shui yang sejati adalah bersifat baik, benar dan ilmiah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemampuan bisa bertahan ribuan tahun lamanya dan para praktisinya di zaman kini pun sudah berkembang sampai ke dunia barat dan ke timur tengah.

[ANTARA]

Load More