Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Minggu, 01 Juni 2025 | 20:55 WIB
Proses evakuasi korban longsor di Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat, Minggu (1/6/2025). ANTARA

SuaraJabar.id - Sebanyak 19 korban meninggal dunia dalam peristiwa longsor di kawasan tambang Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat hingga Minggu 1 Juni 2025 sudah ditemukan.

Pencarian itu dilakukan oleh Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan relawan. Mereka sudah mengevakuasi 19 korban meninggal dunia.

Komandan Korem 063/SGJ Cirebon Kolonel Inf Hista Soleh Harahap, mengatakan proses evakuasi dan pencarian korban telah dimulai sejak pukul 07.00 WIB, berdasarkan hasil asesmen di lapangan.

Ia menyebutkan awalnya evakuasi dibagi ke dua titik yaitu worksheet A (barat) dan B (timur). Namun petugas gabungan akhirnya memfokuskan penyisiran pada worksheet A.

Baca Juga: Tragedi Gunung Kuda Cirebon, 2 Tersangka Ditetapkan dan Tambang Ditutup Permanen

“Pencarian semula dilakukan di dua titik, namun difokuskan ke titik barat atau worksheet A akibat longsor susulan di wilayah timur (worksheet B),” katanya.

Menurutnya, aktivitas pencarian dilakukan dengan kombinasi alat berat dan upaya manual oleh personel gabungan.

Ia menyampaikan dalam proses tersebut, terdapat dua jenazah korban yang berhasil dievakuasi setelah tertimbun material longsor sejak Jumat (30/5).

Namun pada pukul 13.00 WIB, kata Hista, proses evakuasi dihentikan sementara akibat adanya longsor susulan yang terjadi beberapa kali di sektor timur.

"Kami memutuskan menghentikan sementara kegiatan di lapangan sambil menunggu asesmen lanjutan serta kedatangan alat pemantau tanah untuk memonitor potensi longsor susulan," ujarnya.

Baca Juga: Kadis Dinsos Bogor: PSK Enggak Perlu Dikirim ke Sukabumi atau Cirebon, Kita Tampung Sendiri

Dia menuturkan dengan hasil evakuasi hari ini, membuat total korban tewas yang sudah dievakuasi menjadi 19 orang.

Berdasarkan data, lanjutnya, mayoritas korban merupakan buruh atau kuli yang ikut dalam aktivitas penambangan di kawasan Gunung Kuda.

Hista berharap seluruh korban yang saat ini masih dinyatakan hilang atau tertimbun material longsor, dapat ditemukan secepat mungkin.

"Kami akan memaksimalkan pencarian setelah alat pemantau tiba. Mudah-mudahan enam korban yang belum ditemukan bisa segera kami evakuasi dalam waktu dekat," katanya.

Berdasarkan data dari BPBD Jabar, berikut adalah daftar 19 korban meninggal yang telah berhasil diidentifikasi:

1. Andri (41), Kuningan.

2. Sukadi (48), Astanajapura, Cirebon.

3. Sanuri (47), Palimanan, Cirebon.

4. Sukendra, Dukupuntang, Cirebon.

5. Dendi Hirmawan (40), Bandung.

6. Sarwah (36), Sumber, Cirebon.

7. Rusjaya (48), Palimanan, Cirebon.

8. Rion Firmansyah, Palimanan, Cirebon.

9. Rino Ahmadi (28), Dukupuntang, Cirebon.

10. Ikad Budiarso (47), Ciwaringin, Cirebon.

11. Toni (46), Palimanan, Cirebon.

12. Wastoni Hamzah (25), Indramayu.

13. Jamaludin (49), Indramayu.

14. Suparta (42), Palimanan, Cirebon.

15. Sakira Bin Jumair (44), Gempol, Cirebon.

16. Sunadi (30), Dukupuntang, Cirebon.

17. Sanadi Bin Darya (47), Gempol, Cirebon.

18. Nalo Sanjaya (53), Dukupuntang, Cirebon.

19. Wahyu Galih (26), Cipanas, Cirebon.

Adapun enam korban yang masih dalam pencarian antara lain:

1. Muniah (45), Cikeduk, Cirebon.

2. Sudiono (51), Dukupuntang, Cirebon.

3. Tono Bin Sudirman (57), Dukupuntang, Cirebon.

4. Dedi Setiadi (47), Dukupuntang, Cirebon.

5. Nurakman (51), Dukupuntang, Cirebon.

6. Puji Siswanto (50), Majalengka. [Antara].

Cirebon

Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya antara lintas tengah dan utara Jawa. Pada tahun 2024, jumlah penduduk kota Cirebon sebanyak 356.629 jiwa, dengan kepadatan 9.036 jiwa/km2.

Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub dalam bahasa Jawa artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa di antaranya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian cirebon.

Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (bahasa Sunda: air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.

Load More