Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 02 Juni 2025 | 23:29 WIB
Tim SAR gabungan saat melakukan proses evakuasi terhadap jenazah korban yang tertimbun longsor di area tambang galian C Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat, Senin (2/6/2025). ANTARA

SuaraJabar.id - Fakta baru kembali terungkap pada peristiwa longsor di Gunung Kuda, Cirebon, Jawa Barat yang menyebabkan korban jiwa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa longsor di galian C Gunung Kuda Cirebon ini merupakan kecelakaan kerja murni dan bukan bencana alam.

"Longsor di Gunung Kuda, Cirebon, bukan bencana alam, tetapi kecelakaan kerja," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dilansir dari Antara, Senin 2 Juni 2025.

Dia menjelaskan tidak terdapat faktor alam, seperti hujan atau gempa bumi, yang memicu peristiwa tersebut pada Jumat (30/5), sehingga longsor diduga terjadi akibat aktivitas penambangan yang tidak memperhatikan aspek keselamatan kerja.

Baca Juga: Tragedi Gunung Kuda Cirebon, Ini Identitas 19 Korban Tewas Longsor Tambang

Hal ini sebagaimana dikuatkan oleh hasil penyelidikan aparat Kepolisian Resor Kota (Polresta) Cirebon yang menetapkan dua orang sebagai tersangka yaitu pemilik tambang dan kepala teknik tambang.

"Tidak ada hujan ataupun gempa sebelum kejadian. Longsor karena aktivitas penambangan yang mengabaikan keselamatan,” kata Abdul.

Dia memaparkan Gunung Kuda termasuk kawasan yang memiliki risiko tinggi untuk longsor dan kondisinya kian diperparah akibat adanya aktivitas tambang.

Berdasarkan data pemantauan citra satelit yang dilakukan BNPB, aktivitas tambang hingga memicu degradasi lahan di kawasan Gunung Kuda sudah terdeteksi pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2019.

Sejak terjadi penambangan selama lebih dari 15 tahun terakhir itu, kata dia, membuat kemiringan lereng Gunung Kuda sudah mencapai 60 derajat atau jauh di atas ambang aman dan ini semakin meningkatkan potensi longsor secara signifikan.

Baca Juga: Tragedi Gunung Kuda Cirebon, 2 Tersangka Ditetapkan dan Tambang Ditutup Permanen

“Dalam kondisi alami kemiringan 30 derajat saja berisiko longsor. Tanpa penambangan saja, lereng Gunung Kuda sudah rawan apalagi saat ini, akibat tambang Gunung Kuda memiliki lereng hingga 60 derajat,” katanya.

Abdul menyebutkan kondisi ini patut untuk menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan lebih ketat terhadap aktivitas penambangan. Apalagi data BNPB mencatat ini merupakan peristiwa longsor yang berdampak signifikan ke tujuh di Kabupaten Cirebon terhitung sejak tahun 2020.

"Jawa Barat menjadi daerah dengan peristiwa longsor tertinggi 1.515 kejadian dan Cirebon sudah enam kali kejadian pada 2020-2204, dan ini yang berikutnya terjadi tahun ini," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengapresiasi atas respons cepat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon yang menerapkan status tanggap darurat untuk menunjang upaya evakuasi dan penanganan di lokasi longsor.

BNPB mencatat hingga Senin sore tadi total sebanyak 21 korban meninggal dunia dan berhasil dievakuasi dari lokasi longsor. Salah satu korban yang baru ditemukan itu teridentifikasi bernama Sudiono (51), warga Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

Adapun data dari tim SAR gabungan jumlah korban hilang dalam upaya pencarian masih tersisa sebanyak empat orang korban lagi.

"Operasi SAR masih dilakukan, kami meminta para petugas tetap mempertimbangkan aspek keselamatan," kata Abdul Muhari.

21 Korban Gunung Kuda Cirebon

Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan relawan sudah mengevakuasi 21 korban meninggal dunia dalam peristiwa longsor di kawasan tambang Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat, hingga Senin (2/6) sore.

Komandan Kodim 0620/Kabupaten Cirebon Letkol Inf Mukhammad Yusron di Cirebon, Senin, mengatakan pada pencarian hari keempat ini tim gabungan telah menemukan serta mengevaluasi dua jenazah korban di area longsor.

“Dengan penemuan ini, total korban yang berhasil dievakuasi menjadi 21 orang,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa kedua jenazah ditemukan di sektor barat, tidak jauh dari titik longsor utama.

Menurut dia, salah satu korban telah teridentifikasi atas nama Sudiono, sedangkan satu lainnya masih dalam proses identifikasi oleh tim Inafis dan DVI Polda Jawa Barat.

“Untuk pencarian hari keempat ini, kami memadukan strategi antarinstansi mulai dari TNI-Polri, Basarnas, BPBD, hingga operator tambang dan Inspektur Tambang,” ujarnya.

Ia menuturkan proses pencarian dan evakuasi korban sempat dihentikan sementara, setelah alat pemantau milik Inspektur Tambang mendeteksi pergeseran tanah mencapai 5 cm di lereng barat Gunung Kuda.

Situasi ini, kata dia, cukup membahayakan bagi tim yang sedang berada di dalam sektor pencarian.

Pihaknya menilai angka tersebut melebihi ambang batas aman yang telah disepakati, yakni 3 cm.

“Pergeseran disertai tanda visual pergerakan tanah, sehingga pencarian kami hentikan demi keselamatan personel,” katanya.

Yusron mengatakan sektor barat kini menjadi fokus utama tim, karena sejumlah indikasi keberadaan korban ditemukan di titik tersebut.

Ia menyebutkan tanda-tanda itu adalah botol minuman milik pedagang, serta sepatu korban. Selain itu, tim juga mulai mencium bau menyengat yang diduga berasal dari jenazah.

“Indikasi kuat menunjukkan korban masih berada di sekitar situ. Mudah-mudahan besok bisa kami gali lebih dalam dan segera ditemukan,” katanya.

Pihaknya saat ini memperkirakan masih ada empat korban yang belum ditemukan, dan diduga tertimbun di bawah reruntuhan batu besar dan material tambang.

Lebih lanjut, dia menyampaikan penanganan insiden longsor ini tidak hanya menghadapi risiko tanah labil, tetapi juga tantangan dalam identifikasi korban.

Ia mengemukakan kondisi jenazah yang mulai rusak, menyulitkan proses identifikasi yang biasanya mengandalkan sidik jari.

“Mulai hari ketiga, kondisi sidik jari sudah banyak yang rusak. Kami menggabungkan data kontur gigi, sidik jari yang tersisa, serta barang pribadi korban untuk memastikan identitas,” tuturnya.

Yusron memastikan pencarian akan dilanjutkan esok hari, dengan harapan kondisi tanah kembali stabil dan memungkinkan evakuasi lanjutan terhadap sisa korban.

“Koordinasi terus kami lakukan. Semoga cuaca dan kondisi lapangan besok lebih bersahabat agar proses pencarian bisa kembali dilanjutkan,” ucap dia.

Load More