- Serangkaian gempa di Sukabumi akibat sesar aktif dangkal, bukan vulkanik atau geothermal.
- BMKG pastikan gempa disebabkan sesar aktif, masih dikaji spesifiknya.
- Gempa sebabkan kerusakan ringan, tanpa korban jiwa. Sesar aktif dangkal pemicunya.
"Banyak yang mengaitkan kegempaan yang terjadi dengan aktivitas geothermal. Namun kami dari BMKG tidak memiliki data terkait aktivitas geothermal yang dilakukan perusahaan, sehingga tidak bisa menyimpulkan apakah ada kaitannya,” jelasnya.
"Kalau saya pribadi bukan dari sana, tetapi dari aktivitas tektonik di sekitar pegunungan Halimun-Salak. Untuk sementara kami masih menyimpulkan disebabkan aktivitas sesar aktif,” pungkasnya.
BMKG mencatat bahwa guncangan gempa utama dirasakan di berbagai wilayah dengan intensitas bervariasi:
- Intensitas III–IV MMI: Kalapanunggal dan Kabandungan.
- Intensitas III MMI: Pamijahan dan Leuwiliang.
- Intensitas II–III MMI: Bogor.
- Intensitas II MMI: Palabuhanratu dan Depok.
Gempa ini juga menyebabkan kerusakan ringan pada sejumlah rumah warga di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan.
“Catatan sementara, 20 jiwa mengungsi, lima rumah terdampak, dan 25 jiwa menghadapi situasi darurat. Patut disyukuri, gempa tidak menimbulkan korban meninggal dunia maupun luka-luka.” ungkapnya.
Kerusakan bangunan, lanjut dia, dipicu oleh kombinasi hiposenter yang dangkal, kondisi tanah lunak di zona gempa, serta struktur rumah warga yang belum sepenuhnya berstandar tahan gempa.
Hingga Minggu malam, BMKG mencatat telah terjadi 39 kali gempa susulan. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya dirasakan warga, dengan magnitudo terbesar 3,8 dan terkecil 1,9.
Daryono menambahkan, gempa merusak di wilayah tersebut bukanlah kali pertama.
"Kejadian serupa pernah terjadi pada Maret 2020 yang merusak ratusan rumah di enam kecamatan, dan Desember 2023 di Pamijahan dan sekitarnya,” jelasnya.
Baca Juga: Pameran Jejak Kota Hujan Ungkap Transformasi Bogor, Soroti Isu Sosial dan Dorong Regenerasi
Tag
Berita Terkait
-
Pameran Jejak Kota Hujan Ungkap Transformasi Bogor, Soroti Isu Sosial dan Dorong Regenerasi
-
Kisah Pilu Warga Bogor: Hidup Sejak Era Belanda, Tanah Terancam Disita Negara Gara-gara Utang Fiktif
-
Dampak dan Sebaran Guncangan Gempa: Getaran Meluas, Kerusakan Terbatas Namun Jadi Peringatan Penting
-
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Sukabumi-Bogor: Dipicu Sesar Aktif Dangkal yang Berbahaya
-
Bogor Ikut Berguncang Hebat! Rangkaian Gempa Dini Hari Terasa Jauh Hingga Pelabuhan Ratu
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
-
Aib dan Borok Asuransi BUMN Dibongkar OJK di Depan DPR, Taspen dan Asabri Disebut Paling Buruk!
-
Harga Emas Antam Meroket, BSI Tawarkan BSI Gold di Harga Rp2.154.600/Gram
-
Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
Terkini
-
Polda Jabar Selidiki Keracunan Massal 301 Siswa di Cipongkor Bandung, Status KLB Ditetapkan
-
SPPG Cipongkor: Proyek Baru dengan Ambisi Besar, Tersandung Keteledoran Teknis
-
Keracunan Massal 301 Siswa, Program Makan Bergizi Gratis di Cipongkor Bandung Dihentikan
-
Terungkap! Sesar Aktif Dangkal Jadi Penyebab Gempa Sukabumi, Ini Kata BMKG
-
Rahasia Kemenangan Persib atas Arema FC di Stadion Kanjuruhan