- Ikhtiar untuk menggenjot daya tarik pariwisata di provinsi Jabar
- Dedi Mulyadi menyoroti pungutan liar di Jawa Barat
- Pemilik warung pinggir jalan jangan selalu berorientasi transaksional
SuaraJabar.id - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menyebutkan paradigma kejujuran perlu dibangun warga masyarakat. Sebagai ikhtiar untuk menggenjot daya tarik pariwisata di provinsi Jabar.
Kejujuran, kata Dedi Mulyadi, bisa dilakukan lewat hal sederhana, terutama dalam sisi pelayanan.
Ia mengatakan pelaku wisata haruslah jujur, jangan pelancong yang datang ke Jabar "dikerjai".
"Jujur dong. Gitu. Jujurnya bagaimana? Sampaikan barang dagangan sesuai dengan kualitasnya. Jangan dibeli, kemudian dilebih-lebihkan, jangan dibohong-bohongin. Kenapa? Karena imbasnya ke soal kepercayaan," kata Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Bandung, Senin (10/11).
Dedi Mulyadi juga menyoroti pungutan liar (pungli) di Jawa Barat yang harus diberantas dan digantikan oleh prinsip paradigma kejujuran itu.
Ditambah respon yang berorientasi pada pelayanan, sehingga menumbuhkan daya tarik sektor pariwisata di provinsi itu.
"Waktu awal orang datang kan percaya, misalnya, di daerah Jalan Cagak, nawarin nanas madu tapi ternyata asem, kan langsung ngomong (ngedumel) dirinya tak akan datang lagi. Lebih baik, begitu datang jelasin nanas ini asem, mangga ini mangkel, tapi yang ini sudah mateng, sehingga akan lahir kepercayaan," ujar Dedi Mulyadi.
Paradigma tersebut juga, kata dia, perlu dimiliki pula oleh kedai-kedai pinggir jalan.
Menurut dia, pemilik warung pinggir jalan jangan selalu berorientasi transaksional, namun harus lebih mengedepankan sisi pelayanan dan interaksi yang lebih cair.
Baca Juga: Tak Mau Kalah dari Purbaya, Dedi Mulyadi Klaim Kebijakannya Topang Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen
"Orang hujan berhenti, berteduh di warung pinggir jalan. Mau beli atau tidak, yang punya warungnya ramah, dipersilahkan duduk dan bilang tak usah bayar. Jangan sampai orang duduk di warung, tidak beli mie rebus, sama kopi, diminta pergi," kata Dedi Mulyadi.
Paradigma dan alur inilah, kata Dedi, yang harus dibangun dan dilakukan masyarakat Jawa Barat, sehingga berdampak pada perekonomian.
"Saya ingin ngajak ke orang-orang Jawa Barat, bangun siklus itu. Nanti ekonomi tumbuh," ucap Dedi Mulyadi.
Ia mengatakan pembangunan paradigma ini telah didorong dengan sosialisasi dalam ajang West Java Festival (WJF) pada 8-9 November 2025 yang kini masuk kalender agenda kegiatan nasional oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
Terkini
-
Stop Tipu Wisatawan! Dedi Mulyadi Kecam Pelaku Usaha Jual 'Nanas Palsu'
-
Jalur Selatan Cianjur Nyaris Putus Total, Pohon Tumbang Segede Gaban 'Blokade' Jalan Utama
-
Kursi Panas Timnas Indonesia: Bojan Hodak Jadi Opsi Kuat Pengganti Kluivert
-
Pilihan Hotel Bintang 5 di Jakarta dengan Lokasi Strategis
-
Jelang Tuntutan, Terdakwa Kasus Air Keras Sukabumi Sampaikan Pesan Haru