Andi Ahmad S
Sabtu, 22 November 2025 | 08:45 WIB
Sebuah pesawat milik BRO Skydive Indonesia dengan nomor registrasi PK-WMP jatuh di wilayah Desa Kertawaluya, Kecamatan Tirtamulya, Karawang, Jumat (21/11/2025) sore. (Foto dok. polisi)
Baca 10 detik
  • Pilot GA28 AIRPLANE, Kapten Eko, menduga mesin pesawat loss power pada ketinggian 5.500 kaki, memaksanya melakukan pendaratan darurat di Karawang. 

  • Pesawat jatuh di persawahan Karawang saat penerbangan Tangerang-Cirebon. Tidak ada korban jiwa, dan lima awak pesawat dinyatakan sehat. 

  • KNKT akan menangani dan memeriksa pesawat jatuh tersebut. Lokasi diamankan polisi karena pesawat masih mengandung bahan bakar yang rawan terbakar.

SuaraJabar.id - Misteri penyebab jatuhnya pesawat latih jenis GA28 AIRPLANE milik PT Wise Air di areal persawahan Desa Kertawaluya, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, akhirnya terkuak langsung dari sang pilot.

Insiden yang menghebohkan warga Jawa Barat pada Jumat (21/11/2025) sore tersebut ternyata dipicu oleh gangguan teknis yang sangat krusial di udara.

Kapten Eko Agus Nugroho, pilot berpengalaman yang memegang kendali pesawat saat kejadian, menceritakan detik-detik horor ketika burung besi tersebut kehilangan tenaga.

Dalam perbincangannya dengan Bupati Karawang Aep Syaepuloh dan jajaran Forkopimda yang meninjau lokasi, Kapten Eko menjelaskan bahwa situasi berubah drastis saat pesawat sedang berada di ketinggian jelajah.

Penerbangan yang awalnya berjalan mulus dari Bandara Budiharto, Tangerang, menuju Bandara Cakrabuana, Cirebon, itu berubah menjadi mimpi buruk setelah lepas landas sekitar pukul 13.50 WIB. Kapten Eko menduga kuat adanya masalah pada mesin yang menyebabkan tenaga pesawat hilang seketika.

"Saat pesawat sudah mencapai ketinggian 5.500 kaki, secara tiba-tiba mesin pesawat seperti tidak bertenaga, 'loss power'," katanya saat memberikan keterangan di lokasi kejadian, dilansir dari Antara.

Bagi dunia penerbangan, kondisi loss power adalah situasi darurat tingkat tinggi. Pesawat kehilangan daya dorong untuk mempertahankan ketinggian.

Akibatnya, gravitasi mengambil alih. Pesawat tersebut mengalami penurunan ketinggian yang sangat ekstrem dan cepat, membuat awak di dalamnya harus berpikir dalam hitungan detik.

"Setelah itu, pesawat turun dengan sangat cepat, dari ketinggian 5.500 kaki turun ke ketinggian 500 kaki," lanjut Kapten Eko menggambarkan situasi kritis tersebut.

Baca Juga: Aksi Heroik di Langit Karawang, Kapten Eko Agus Selamatkan 4 Kru Saat Pesawat 'Nyungsep' di Sawah

Dalam kondisi genting tersebut, insting dan pengalaman Kapten Eko diuji. Melihat ketinggian yang terus merosot drastis, ia harus segera mencari tempat pendaratan yang paling minim risiko. Pilihan jatuh pada hamparan sawah yang luas dan jauh dari pemukiman padat penduduk.

Oleh karena itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di areal persawahan, guna meminimalisasi risiko kecelakaan. Keputusan ini terbukti tepat karena meski pesawat mengalami benturan dengan lumpur, kelima awak di dalamnya berhasil selamat tanpa cedera serius.

Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, yang terjun langsung ke lokasi kejadian memastikan bahwa penanganan pasca-insiden dilakukan sesuai prosedur keselamatan ketat. Bangkai pesawat saat ini dibiarkan di posisi semula untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut oleh otoritas berwenang.

"Saat ini pesawat yang jatuh masih berada di areal sawah sambil menunggu penanganan dan pemeriksaan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)," ujar Bupati Aep.

Load More