Derita Korban Longsor Bogor: Tak Ada yang Tersisa, Rumah Rata dengan Tanah

"Semua hancur, Alhamdulillah hanya nyawa saya dan keluarga yang bisa diselamatkan, Alhamdulillah, saat ini keluarga mengungsi di rumah keluarga," katanya.

Agung Sandy Lesmana
Jum'at, 03 Januari 2020 | 15:45 WIB
Derita Korban Longsor Bogor: Tak Ada yang Tersisa, Rumah Rata dengan Tanah
Bencana banjir dan longsor di Kampung Bunar. (Ayobogor.com/Ist).

SuaraJabar.id - Bencana alam akibat hujan dengan intensitas tinggi yang menerjang Kabupaten Bogor menyisakan cerita pilu di kampung yang terisolir dan rumah tinggal yang rusak. \

Dikutip dari Ayobandung.com--jaringan--Suara.com, salah satu warga yang mengalami pilunya bencana alam itu, yakni Ading Sulaiman.

Ading merupakan Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya. Matanya terlihat berkaca-kaca usai rumahnya di Kampung Banar lenyap akibat diterjang banjir dan longsor.

"Tak ada yang tersisa, rumah saya rata dengan tanah, mobil, motor televisi semuanya hancur. Pokoknya hancur semua," kata Ading sambil menghela nafas panjang yang ditemui di Desa Nanggung, Jumat (4/1/2020).

Baca Juga:Jalan Raya Pitara Depok Rawan Longsor, Truk Muatan Besar Dilarang Melintas

Walaupun tak tahu harus tingggal di mana usai rumahnya luluh lantak, namun Ading merasa bersyukur karena seluruh anggota keluarganya selamat.

"Semua hancur, Alhamdulillah hanya nyawa saya dan keluarga yang bisa diselamatkan, Alhamdulillah, saat ini keluarga mengungsi di rumah keluarga," katanya.

Dia menceritakan saat banjir mulai merendam Kampung Banar, Rabu (1/1/2020) pagi dirinya bersama keluarga berupaya menyelamatkan diri dari rumahnya yang berada di atas ketinggian sekira 650 meter.

"Wah gede airnya, ada lumpur sama batu lelumpuran gitu," kata Ading.

Warga Kampung Banar lainnya yakni, Uswatun Hasanah (25) juga menyimpan cerita pilu karena bencana.

Baca Juga:Makam Warga di Depok yang Tertimbun Longsor Dievakuasi ke TPU Milik Pemkot

Meski rumahnya tak rusak total seperti Ading namun dirinya bersusah payah untuk mengungsi ke Desa Nanggung akibat kampung Banar yang terisolir karena akses kendaraan yang terputus.

"Ketika bencana itu, saya mengungsi berangkat dari pagi jalan kaki, saya bawa gendong anak yang masih bayi, saya bawa nenek-nenek juga bayangkan sampai di sini baru magrib," kata Uswatun.

Uswatun mengatakan, dia dan keluarga tak punya pilihan lain selain mengungsi dan meninggalkan Kampung Banar karena rumah yang sudah rusak dan kekhawatiran akan ancaman bencana yang bisa saja terjadi kembali di saat intensitas hujan yang dirasakan masih tinggi.

"Yang tenggelam kena banjir itu cuma dua RT, saya tidak tahu apakah disana masih ada orang apa tidak tapi rasa-rasanya banyak yang mengungsi ke saudara-saudaranya,” kata Uswatun.

Dalam kesempatan itu, Uswatun sempat menunjukkan rekaman video banjir yang menerjang kampung Banar. Terlihat air berwarna cokelat pekat merendam rumah warga hinga masjid.

"Yang hancur ya hancur, yang terendam ya terendam, salah satunya yang paling parah rumah pak Ading ini, rusak total," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak