36 Kilometer Krishna Cari Masker di Banyuwangi, Hasilnya Nihil

Krishna cari masker untuk melayani pesanan dari pekerja migran atau TKI di Hong Kong

Silfa Humairah Utami
Sabtu, 08 Februari 2020 | 04:00 WIB
36 Kilometer Krishna Cari Masker di Banyuwangi, Hasilnya Nihil
Penggunaan masker. (Shutterstock)

SuaraJabar.id - 36 Kilometer Krishna Cari Masker di Banyuwangi, Hasilnya Nihil

Krishna Adi warga Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku kesulitan mencari masker di apotik-apotik di daerah ujung timur Pulau Jawa itu. Lebih dari 20 apotik yang dia masuki, dari rumahnya sampai Kota Banyuwangi, mengatakan tak memiliki stok masker n95.

Kepada Suara.com dia mengatakan apotik-apotik itu menerima pesanan masker secara inden atau membayar dahulu, sedangkan barangnya disediakan menyusul. Namun dirinya memilih untuk terus mencari penjual yang memiliki stok dan bisa dibeli langsung.

"Aku dari rumahku Jajag sampai Banyuwangi, saya mampir tanya-tanya ke apotik habis semua. Sekitar lebih dari 20 apotik kehabisan, kalau mau inden, dan yang inden ke mereka itu sudah banyak," kata Adi, Jumat (7/2/2020).

Baca Juga:Gara-gara Virus Corona, Perusahaan Perakit iPhone Kini Produksi Masker

Dia mengatakan berusaha membeli banyak masker untuk melayani pesanan dari pekerja migran atau TKI di Hong Kong. Banyak pekerja migran pesan masker karena disuruh majikan atau teman sehingga meminta bantuannya mengumpulkan dalam jumlah besar. Untuk diketahui, stok masker di Hong Kong habis pada akhir Januarai 2020, karena banyaknya kebutuhan warga untuk melindungi diri dari penularan virus corona.

Namun di tanah air sendiri sudah sulit didapatinya masker, karena selain ketersediannya yang menipis harganya juga naik berkali-kali lipat. Dia menjelaskan sebelum terjadi kepanikan pada penularan virus corona, harga masker jenis itu sekitar Rp 35 ribu isi 50 pcs. Harganya naik sejak Januari dari Rp 35 ribu, menjadi Rp 50 ribu, Rp 65 ribu, Rp 80 ribu, Rp 100 ribu dan sekarang di atas Rp 150 ribu per box.

Sebelumnya dia pernah berbelanja di marketplace daring dengan transaksi Rp 100 juta sekaligus. Sebelum transfer dia sudah memastikan setoknya ada, namun transaksi dibatalkan 2 jam setelah uang dikirim karena stok dinyatakan habis.

"Dia bilang barangnya habis karena cepat geraknya, ini ada tapi lebih mahal. Harganya jauh, ada peningkatan 200 persen, harga Rp 75 ribu terus habis itu dihargai Rp 125 ribu, wes enggak jadi, lalu uang kembali," kata pria yang menjabat Presidium Keluarga Migran Indonesia (Kami) Jawa Timur itu.

Transaksi dengan nilai yang sama juga dibatalkan sepihak oleh kawannya yang pegawai perusahaan distributor masker dari Jawa Tengah. Setelah ditransfer Rp 100 juta untuk 50 dus masker n95, keesokannya dia mendapatkan kabar stok habis dan mendapatkan pengembalian uang. Kini dia berupaya melayani pesanan dengan jumlah kecil saja.

Baca Juga:Kurang Pasokan, Thailand Minta Warganya Bikin Masker Sendiri

Sebelumnya juga diberitakan di Kota Semarang, Jawa Tengah, kondisi yang sama terjadi dimana masker sulit ditemukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga diberitakan memborong masker n95 dari Apotik Kimia Farma, untuk memenuhi kebutuhan tenaga yang melakukan pencegahan penularan coronavirus di 19 kota gerbang luar negeri RI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak