Diburu Warga, Kakek Pembunuh Pasutri Sempat Ngumpet sambil Pegang Linggis

"Pelaku ngumpet di pojok, masih pegang linggis. Setelah itu kami tangkap dan kami ikat nih di sini. (Parkiran motor)," ungkap Riki.

Agung Sandy Lesmana | Yosea Arga Pramudita
Rabu, 13 Mei 2020 | 17:40 WIB
Diburu Warga, Kakek Pembunuh Pasutri Sempat Ngumpet sambil Pegang Linggis
Lokasi pembunuhan sadis pasutri di kawasan Kampung Rawa Bebek, Bekasi. (Suara.com/Arga).

SuaraJabar.id - Peristiwa pembunuhan sadis terjadi di Kampung Rawa Bebek RT 04, RW. 15, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi pada Minggu (10/5/2020) pekan lalu.

Seorang kakek bernama Andriyanto (60) nekat menghabisi nyawa pasangan suami istri bernama Sukimin (67) dan Suwati (59) menggunakan linggis.

Pada ungkap kasus yang dihelat di Mapolrestro Bekasi Kota pada Senin (11/5), Andriyanto mengaku gelap mata karena anak kedua korban telah memperkosa anak perempuannya. Namun, polisi menemukan fakta baru yang menyebut kalau Andriyanto hanya berdalih saja kejadian perkosaan tersebut adalah akal-akalannya.

Guna mengkonfirmasi kebenaran kabar tersebut, Suara.com menyambangi lokasi kejadian pada Rabu (13/5). Ternyata, Andriyanto merupakan tukang buah yang biasa berjualan nanas dan Sukimin merupakan tukang ayam keliling yang tinggal di petak kontrakan yang sama.

Baca Juga:Sempat Menang Gugatan BPJS, KPCDI: Kami Curiga Pemerintah Mengakalinya

Riki, anak pemilik kontrakan bersedia berbagi informasi ihwal pembunuhan sadis tersebut kepada kami. Pakde Ayam, begitulah Sukimin akrab disapa, tinggal di kontrakan milik ayah Riki lebih dari lima tahun. Pakde Ayam tinggal bersama Suwati yang juga tewas dan anak lelakinya yang dituding sang tukang buah sebagai pemerkosa.

Sementara, Andriyanto tinggal di kontrakan milik ayah Riki lebih lama lagi, kira-kira lebih dari 10 tahun. Dia tinggal bersama istri dan anak bontotnya.

Riki mengungkapkan, seluruh penghuni kontrakan selama ini hidup berdampingan dengan rukun. Total ada 9 petak kontrakan, Pakde Ayam beserta keluarga tinggal di lantai dua dan Andriyanto tinggal di lantai satu dekat tangga naik dan kamar mandi.

"Korban dan pelaku ngontrak di sini. Korban di atas pelaku di bawah. Si pelaku ini tukang buah, jualan nanas madu. Korban ini tukang ayam yang biasa keliling daerah sini," kata Riki kepada Suara.com.

Riki mengatakan, saat kejadian, kondisi kontrakan sedang ramai. Di lantai bawah, para penghuni kontrakan sedang berada di dalam petak kontrakan masing-masing.

Baca Juga:Dominasi Pengaduan di Ombudsman, Warga Banyak Keluhkan Bansos Tak Merata

Sekitar pukul 21.00 WIB, listrik di kontrakan tersebut padam. Dikatakan Riki, kejadian pembunuhan begitu cepat, hanya berkisar lima sampai 10 menit.

"Tidak berlangsung lama kejadian itu, sekitar lima sampai 10 menit lah," sambungnya.

Sang tukang buah, sebelum melancarkan aksinya, terlebih dahulu mematikan saklar listrik. Dia naik ke lantai dua dan menghajar kedua korban menggunakan linggis.

"Jadi kan lampu sempet dimatiin, saklar juga tuh sama pelakunya. Pelaku hajar korban pakai linggis," beber Riki.

Sang tukang buah langsung turun ke bawah dan bersembunyi di petak kontrakan paling ujung, tepatnya di balik pintu penghuni kontrakan lainnya. Meski kondisi sedang ramai, para penghuni kontrakan tidak mendengar atau mengetahui adanya pembunuhan.

Melihat ada sesuatu yang janggal, ada salah satu penghuni --tidak disebutkan namanya-- mengecek seluruh kondisi kamar kontrakan. Setelah tiba di lantai dua, sang penghuni kontrakan mendapati Pakde Ayam dan istrinya sudah tergeletak bersimbah darah.

Penghuni kontrakan itu langsung memanggil seluruh penghuni kontrakan. Saat itu, kondisi listrik masih padam. Para penghuni kontrakan langsung berinsiatif membawa Pakde Ayam dan Suwati ke Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.

Saat penghuni kontrakan menggotong kedua korban turun ke bawah, penghuni kontrakan lainnya ada yang berinisiatif menyalakan saklar listrik. Saat lampu menyala, para penghuni kontrakan melihat Andriyanto berada di pojok kontrakan dengan linggis di tangannya.

Sontak, salah satu penghuni kontrakan yang melihat sosok Andriyanto langsung berteriak, merasa takut jika sang tukang buah mengayunkan linggis kepadanya. Penghuni lainnya --secara beramai-ramai langsung menangkap Andriyanto dan mengikatnya di dekat parkiran motor.

"Pelaku ngumpet di pojok, masih pegang linggis. Setelah itu kami tangkap dan kami ikat nih di sini. (Parkiran motor)," ungkap Riki.

Sementara itu, Pakde Ayam dan Suwati langsung dilarikan menuju RSUD Bekasi. Saat dalam penanganan, Pakde Ayam menghembuskan napas terakhirnya. Sementara, Suwati meninggal esok harinya, sekitar pukul 12.00 siang.

"Kedua korban masih selamat, masih sempet napas. Kami bawa ke RSUD Bekasi. Sampai lokasi, selang beberapa menit, pas lagi di-tanganin, Pakde Ayam meninggal. Besoknya istrinya meninggal, jam 12-an lah," tambahnya.

Riki mengatakan, tim Inafis Polres Metro Bekasi Kota langsung menuju lokasi kejadian setelah pembunuhan. Selanjutnya, Andriyanto langsung digelandang ke Mapolrestro Bekasi Kota untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Riki juga menepis kabar jika anak Pakde Ayam yang diklaim melakukan tindak asusila kepada anak perempuan pelaku. Kata Riki, anak perempuan pelaku sudah menikah dan memunyai anak.

Bahkan, anak perempuan pelaku tidak tinggal di kontrakan tersebut. Dia tinggal bersama suami dan anaknya di tempat lain --lokasi tidak disebutkan.

"Nah kalau yang ada statmen anak korban korban perkosa anak pelaku ini cuma dalih saja. Sebenarnya anak pelaku sudah pada punya anak, sudah berkeluarga," papar Riki.

"Pelaku aja tinggal di sini sama istri dan anaknya yang bontot, itu juga laki. Kalau anaknya yang perempuan itu gak tinggal di sini. Tinggalnya sama suaminya," tutupnya.

Atas perbuatannya itu, Andriyanto dijerat Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini