Kisah Jalan Residentweg Bandung, Jalanan Legendaris Dibuka 30 Tahun Sekali

Jalan dibuka untuk memudahkan akses para tamu negara, saat peringatan KAA, ke -60.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 23 Juli 2020 | 12:09 WIB
Kisah Jalan Residentweg Bandung, Jalanan Legendaris Dibuka 30 Tahun Sekali
Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (Suara.com/Cesar)

SuaraJabar.id - Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. Jalan ini dibuka 30 tahun sekali.

Itu ditutup sejak 1985, dan baru dibuka kembali tahun 2015 kemarin, saat peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA). Jalan dibuka untuk memudahkan akses para tamu negara, saat peringatan KAA, ke -60.

Jalan itu dulunya bernama Jalan Residentweg atau Jalan Residen.

Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (Suara.com/Cesar)
Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (Suara.com/Cesar)

"Nama jalannya, jalan Otto Iskandar Dinata (Otista). Kalau dulu namanya jalan Residentweg (Jalan Residen)," kata Pengamat sejarah Bandung dari Komunitas Aleut Hevi Fauzan, saat dihubungi SuaraJabar.id, Kamis (23/7/2020).

Baca Juga:Satpol PP Bandung Bubarkan Aktivitas Belajar Tatap Muka di SD Asy-Syifa

Jalanan itu, dulunya merupakan jalanan umum, yang dapat digunakan pemotor atau mobil. Jalan it upun dilintasi rel kereta api yang sampai saat ini masih aktif. Ceritanya, dulu penggunaan jalan, tidak musti harus memutar ke Jalan Viaduct seperti saat ini.

Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (Suara.com/Cesar)
Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (Suara.com/Cesar)

Contohnya, jika dari arah jalan Suniaradja, atau dari Jalan Pasar Baru, masyarakat dulu, tinggal berjalan lurus ke arah Gedung Pakuan atau rumah dinas Gubernur Jawa Barat.

"Penutupan jalan itu, kalau nggak salah pada tahun 70-an. Di waktu yang sama, dibuat jembatan di atas jalannya bagi pejalan kaki," kata dia.

Penutupan jalan itu, lanjut Hevi, kemungkinan besar dilakukan oleh perusahaan kereta api. Kesibukan jalur kereta api, diduga sebagai penyebab ditutupnya jalanan itu.

Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (ist)
Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (ist)

"Di jalur itu kan dulu sibuk, ada pemindahan lokomotif, gerbong kereta dulu-nya, jadi kemungkinan itu penyebab penutupannya oleh perusahaan kereta," kata dia.

Baca Juga:Pintar Rakit Senjata Api untuk Berburu, Pengusaha Bandung Ditangkap Polisi

Semenjak di tutup hanya dua kali jalan Residen dibuka. Pertama tahun 1985, saat perayaan KAA ke -30 tahun. Kemudian, pada tahun 2015, yakni saat perayaan KAA ke-60 tahun.

"2015 sempat dibuka, di bagusin jalannya. Mungkin sekarang juga masih ada bekasnya," ucapnya.

Pembukaan jalan itu pada 2015, di prioritaskan bagi tamu negara, saat perayaan KAA. Jalan tersebut sempat diaspal kembali dan dapat dilalui. Namun setelah KAA usai, jalan itu kembali di tutup.

SuaraJabar.id menyambangi lokasi jalan tersebut, masih ada sedikit jejak fungsi dari jalan itu. Terlihat masih ada sisa aspal bekas perbaikan saat 2015 lalu.

Kini jalan itu di tutup secara permanen, baik di bagian Utara dan bagian selatan dengan menggunakan besi pagar setinggi satu meter lebih dengan lebar hampir 30 meter kurang.

Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (ist)
Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) Kota Bandung, Jawa Barat mempunyai sejarah unik. (ist)

Untuk di bagian selatan, di balik pagar jalanan itu di tutupi seng, karena tengah terdapat perawatan jalan kereta api.

Terdapat beberapa pedagang kaki lima. Ada pedagang ban bekas, serta para penjual rokok keliling. Lokasi itu pun kerap di jadikan pemberhentian angkutan umum.

Sementara di bagian utara ditutup pagar. Namun masih dapat terlihat jalan Residen, yang saat ini sudah di tutup dan berfungsi sebagai lintasan kereta api saja. Jalanan ini, tegak lurus dengan Gedung Pakuan.

Dari bagian utara ini, masih nampak jelas bekas aspal yang pernah diperbaiki saat 2015 lalu. Tidak ada jejak sedikit pun, seperti tugu atau pintu jalan, di lokasi.

Beberapa warga yang kerap berjualan, di sekitaran jalan itu, tidak mengetahui asal usul jalan yang hanya memiliki lebar tak lebih dari 20 meter tersebut. Bahkan sebagian baru mengetahui jika dahulu jalan yang sudah di tutup secara permanen tersebut, merupakan jalanan umum.

"Nggak tahu pernah di buka atau enggak. Tapi kalau memang pernah di buka, ini juga cuma di pagar. Kemungkinan pernah di buka mungkin," kata Ari, pedagang kaki lima, di lokasi jalan Otista.

Kontributor : Cesar Yudistira

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak