"Ini sebetulnya sangat lumrah sekali, dimanapun terjadi seperti itu. Kita berbicara sebuah peradaban dimulai dari pertanian dulu, kemudian ada masalah baru, maka teknologi pertanian berkembang, dan terbentuklah tatanan sosial," kata Basuki.
Makanya, kata dia, sebetulnya untuk skala Indonesia, rawan pangan sangat kecil kemungkinannya bisa terjadi, mengingat potensi alam di Indonesia sangat melimpah.
Di saat pandemi virus Corona seperti saat ini, ketahanan pangan bisa saja terganggu, lantaran terputusnya pasokan karena ruang gerak dibatasi. Namun, Basuki menilai salah satu solusi yang bisa diterapkan yaitu dengan sistem tani pekarangan. Konsep pertanian terpadu seperti yang diterapkan Al-Ittifaq, bisa pula dipraktekkan dengan skala yang lebih kecil, yakni di halaman rumah.
"Memang harus dirubah maindset kita dimana yang namanya bertani harus tanahnya yang luas, padahal tidak begitu kalau pakai sistem tani pekarangan. Diurus dengan konsisten waktu 3 jam sekali, itu bisa menghasilkan penghasilan tambahan, bahkan bisa lebih," imbuhnya.
Baca Juga:Ketahanan Pangan Desa Sumurgeneng dan Wadung Tuban, Anti Lapar saat COVID
Kepala Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Bandung, Tisna Umbara mengatakan Al-Ittifaq menjadi pesantren percontohan bagi pesantren lain dalam mengembangkan pertanian modern.
“Jadi kalau Al-Ittifaq mah sudah menjadi contoh pesantren. Kan itu unik ya ada kegiatan selain mengaji ada juga kegiatan pertanian yang luar biasa,” kata Tisna.
Pertanian Al-Ittifaq Tidak Banyak Terdampak Pandemi Covid-19.
Hampir seluruh sektor bisa dibilang lesu akibat Pandemi virus Corona. Namun, tidak dengan kegiatan pertanian di Al-Ittifaq. Irawan mengatakan wabah itu tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian yang dijalankan pesantren, di sektor pertanian.
"Kalau aktivitas secara di lapangan tidak berubah, sosial distancing di kebun pasti jauh-jauh. Proses pasca panen disini kita dinilai oleh Albert Heijn (perusahaan retail Belanda). Malahan kan saat pilah, nggak boleh duduk, pakai masker, sarung tangan, dari dulu prosedur udah seperti itu," kata Irawan.
Baca Juga:Ketahanan Pangan Indonesia Tergantung Besar Kecilnya Impor
Meskipun suplai Al-Ittifaq memang ada yang terputus saat terjadi pandemi, dimana mereka tidak bisa mengirim barang untuk restoran dan hotel. Namun, hal itu tidak begitu terasa karena akibat wabah, Al-Ittifaq kini membuka layanan belanja sayuran secara daring.