Jejak Munir Said Thalib di Tanah Pasundan

Kala itu, Munir bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya dan ngepos di Malang. Ia tak menyangka Cak Munir mau hadir ke Bandung untuk memenuhi undangan diskusi.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 08 September 2020 | 00:20 WIB
Jejak Munir Said Thalib di Tanah Pasundan
Aliansi Muda Untuk Munir (Amuk Munir) melakukan aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (2/11).

“Karena ciri dari perjuangan reformasi adalah mengembalikkan Polisi dan TNI pada tupoksi utama, nah itu menggelora dan menjadi komitmen Munir juga,” kenang Sutan yang kini aktif di Pakwan Institute.


Jejak Munir di Tanah Pasundan

Jejak Munir di tanah Pasundan tertoreh pada tiga aspek, pendidikan, buruh dan pertanian. Sosok Munir cukup memberikan kontribusi pada pendidikan kritis bagi buruh, tani, pemuda dan mahasiswa melalui tulisan-tulisannya. Bahkan Sutan merasa tulisan-tulisan Munir lebih agitatif dibanting tulisan Tan Malaka.

“Itu yang mewarnai teman-teman di Bandung, termasuk juga kalau di Bandung itu advokasinya lebih kepada pendikan, buruh, dan pertanian,” katanya.

Baca Juga:Peringati 15 Tahun Kasus Munir, Potret Motor Ini Sedot Perhatian Warganet

Ketika itu, masa orde baru, media-media banyak yang dibredel, tulisan-tulisan yang sifatnya edukasi dan kritis sangat sulit ditemukan. Yang tumbuh subur percetakan yang partikelir yang memuat tulisan-tulisan yang kritis salah satunya tulisan Munir.

Dalam lini pertanian, Munir juga ternyata turut memberikan kontribusi edukasi kepada pelatihan Serikat Petani Pasundan (SPP) salah satu organisasi yang didirikan untuk memperjuangkan hak-hak para petani di Priangan Timur. Serikat ini merupakan serikat petani terbesar di Priangan Timur.

“Fokusnya di Priangan Timur, Garut, Tasik, Bandung sendiri, kalau buruh Bandung karena banyaknya  industri dan pendidikan di kampus,” terangnya.

“SPP itu sebagai satu contoh organisasi gerakan petani yang sangat besar di Priangan Timur, Munir turut membantu edukasi, di beberapa kegiatan dia datang untuk pelatihan, baik secara terang-terangan maupun tidak. Karena kalau orang seperti Munir biasanya di advokasi, setiap gerakan pasti membutuhkan advokasi,” tambahnya.

Karena kalau pertanian itu tidak jauh dengan konflik agrarian kata Sutan, terbagi beberapa hal masalah pertanian, Munir selalu yang berkaitan denga militer karena sebagian tanah itu pasti yang masih terjdi berkonflik dengan militer. Antara klaim antara warga dan aparat, warga dengan pemilik HGU yang ada penggunaan aparat, preman, menurutnya itu yang menjadi fokus perhatian Munir.

Baca Juga:Menolak Lupa, LBH Surabaya Sindir Janji Jokowi Tuntaskan Kasus Munir

“Karena selama ini penggusuran menggunakan oknum, kenapa bisa seperti itu, preman oknum militer yang terlibat Munir melihat itu persoalan kesejahteraan,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak