“Banyak yang kontak kepada kami dan teman-teman Ansor. Sebenarnya kami ingin mengklarifikasi itu, tapi kan orangnya tidak ada di sini,” kata Ayub.
Dalam potongan video berdurasi 2 menit 20 detik, Gus Nur diwawancarai Refly Harun untuk kanal Youtube Refly Harun. Saat itu, Refly mengatakan, “Atau jangan-jangan Gus Nur NU Gadungan?”
“Wallahua’lam bisawwab,” kata Gus Nur.
“Jadi begini, Bang, saya dari lahir sampai dapat hidayah, kan saya dulu jahiliyah, saya tidak paham NU kultural itu apa, NU struktural itu apa. Yang saya paham: oh mbah saya NU, bapak saya NU, kakek buyut saya NU. Kalau subuh (membaca) qunut, Muhammadiyah tidak. Hanya kulit-kulitnya, dan saya tidak pernah memperdalam NU itu apa. Saya sebagaimana nahdliyyin lainnya. Nahdliyyin lainnya begitu pada umumnya. NU begitu saja,” kata Gus Nur.
Baca Juga:Gus Nur Bongkar 'Borok' NU di Rezim Jokowi: Kiai Main Duit sampai Ada PKI
Gus Nur mengaku selama ini tidak pernah ada masalah dengan NU. Bahkan saat berdakwah, ia dikawal Banser.
“Tapi setelah rezim ini lahir, tiba-tiba 180 derajat berubah. Saya ibaratkan NU sekarang itu seperti bus umum. Sopirnya mabuk, kondekturnya teler, keneknya ugal-ugalan, dan penumpangnya kurang ajar semua: merokok juga, nyanyi juga, buka-buka aurat juga, dangdutan juga. Jadi kesucian NU yang selama ini saya kenal seakan-akan tidak ada sekarang ini,” katanya.
“Bisa jadi keneknya Abu Janda, bisa jadi kondekturnya Gus Yaqut, dan sopirnya KH Aqil Siraj. Mungkin begitulah. Penumpangnya liberal, sekuler, macam-macam. Di situ PKI numplek di situ,” kata Gus Nur dalam video tersebut.