Gatot Tak Datang ke Istana Alasan Corona, Tapi Gencar Gelar Deklarasi KAMI

Gatot Nurmantyo khawatir melanggar protokol kesehatan Covid-19 jika ke Istana, namun ia tetap menggelar deklarasi KAMI yang seringkali melanggar protokol kesehatan?

Reza Gunadha | Chyntia Sami Bhayangkara
Kamis, 12 November 2020 | 12:29 WIB
Gatot Tak Datang ke Istana Alasan Corona, Tapi Gencar Gelar Deklarasi KAMI
Gatot Nurmantyo bicara tentang sebutan 'kadrun' terhadap dirinya. (YouTube/Karni Ilyas Club)

SuaraJabar.id - Gatot Nurmantyo, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI, tak menghadiri penganugerahan Bintang Mahaputera di Istana Negara, Rabu (11/11/2020), karena beralasan sedang pandemi covid-19.

Tapi, Gatot justru tetap menggelar deklarasi KAMI di sejumlah wilayah dengan banyak pelanggaran protokol covid-19.

Dalam acara Sapa Indonesia Malam yang disiarkan Kompas TV pada Rabu (11/11/2020) malam, presentar Aiman Witjaksono menanyakan kepada bintang tamunya yakni Deklarator KAMI Refly Harun mengenai alasan ketidakhadiran Gatot dalam acara penganugerahan Bintang Mahaputera.

Refly menegaskan, salah satu alasan utama ia tidak hadir lantaran situasi sedang Covid-19 dan Gatot ingin menghormati para prajurit yang sedang berjuang melawan Covid-19.

Baca Juga:Punya Utang dengan Jokowi, Alasan Gatot Tak Hadiri Penganugerahan Bintang

"Pertama karena suasana Covid-19. Ia merasa tidak elok kalau dia ke Istana, sementara para prajurit berjuang di medan lain," kata Refly seperti dikutip Suara.com, Kamis (12/11/2020).

Aiman menanyakan terkait beberapa Deklarasi KAMI yang digelar di sejumlah wilayah. Padahal, kata Aiman, dalam acara tersebut justru ada banyak pelanggaran protokol Covid-19, salah satunya ada kerumunan.

"Bagaimana dengan Deklarasi di Surabaya dan kota lain itu langgar protokol kesehatan semua, ada kerumunan?" tanya Aiman.

Refly justru menuding Aiman tidak memahami konteks pembicaraannya. Ia berdalih maksud alasan Gatot bukan itu.

"Aiman enggak baca poinnya, poinnya bukan itu. Poinnya adalah dia mendapatkan sebuah penghargaan sementara orang lain sedang berjuang terkait dengan Covid-19," jawab Refly.

Baca Juga:Refly Harun: Gatot Nurmantyo Tidak Mau Masuk Perangkap Istana

Tak berhenti disitu, Aiman masih mencecar Refly terkait deklarasi KAMI. Aiman mempertanyakan mengapa Gatot merasa tidak enak melanggar protokol kesehatan jika datang ke Istana, bukan ketika menggelar deklarasi.

"Kok enggak enaknya ketika ke Istana? Waktu deklarasi harusnya enggak enak juga, bahkan protokol kesehatan dilanggar, ada kerumunan. Jangan-jangan ada klaster baru. Kan begitu bayangannya," ujar Aiman.

Refly memberikan alasan lain. Ia berdalih suasana psikologis deklarasi dengan mendapatkan penghargaan berbeda.

"Itu, itu suasana psikologis itu begini, bukan jumlahnya tapi suasana psikologis, yang satu ibaratnya sedang berjuang, yang satu dapat penghargaan dari Istana kira-kira begitu," jawab Refly.

Mendengar jawaban Refly, Aiman langsung tersenyum dan tertawa seraya mengakhiri sesi wawancara. Melihat reaksi Aiman, Refly juga ikut tertawa.

Punya Utang dengan Jokowi

Refly Harun menyebut ada tiga alasan Gatot memutuskan tak menghadiri penganugerahan bintang jasa tersebut.

Salah satu alasannya karena Gatot merasa tak enak hati masih memiliki utang dengan Jokowi yang belum ia tunaikan.

"Ada tugas negara yang diperintahkan Presiden Jokowi yang belum dia selesaikan, dia merasa dia tidak enak untuk datang," kata Refly.

Tugas negara tersebut diberikan oleh Jokowi kepada Gatot saat Gatot masih menjadi Panglima TNI.

Meski demikian, Refly menolak memberitahu apa tugas negara yang dimaksud tersebut. Gatot meminta Refly merahasiakan tugas negara tersebut.

"Namun dia wanti-wanti untuk dirahasiakan," imbuhnya.

Selain alasan utang tugas negara, Refly juga membeberkan dua alasan lain Gatot menolak datang menghadiri penganugerahan.

Alasan pertama adalah karena khawatir Covid-19. Ia merasa khawatir mengkhianati para prajurit yang sedang melawan Covid-19.

"Ia merasa tidak elok kalau dia ke Istana, sementara para prajurit sedang berjuang di medan lain," ujarnya.

Alasan lainnya, Refly menyebut Gatot merasa pemberian Bintang Mahaputera tersebut dilakukan di waktu yang tidak lazim.

Meskipun Jokowi sebagai kepala daerah memiliki kewenangan untuk memberikan pengargaan kapanpun, namun Gatot melihat ada ketidaklaziman.

"Dia merasa pemberian itu tidak lazim diberikan bulan November, karena biasanya menjelang 17 Agustus," tuturnya.

Simak video selengkapnya di sini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini