Eri pun mulai panik. Ia takut sang rentenir itu mendatangi rumahnya. Eri bergumam dalam pikirnya. Dia berceloteh, dari mana untuk melunaskan hutang. Untuk makan dia dan anak istri pun sulit.
Keseharian Eri tidak bekerja. Ia hanya berprofesi sebagai guru ngaji bagi anak-anak serta para masyarakat tempat ia tinggal, di Gang Kramat, Cibeber, Kota Cimahi.
Meskipun ia memiliki sampingan sebagai calo makelar tanah, namun sudah hampir setahun lebih Eri tidak mendapat proyek.
"Kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada yang ngasih dari warga. Ngajar gaji pun saya tidak minta bayaran," ucapnya.
Baca Juga:Guru Ngaji Jadi Jambret karena terlilit Utang Rentenir
Setiap bulannya, Eri mendapat bantuan dari pemerintah. Ia mendapat honor sebagai guru ngaji dengan honor 100 ribu rupiah, per bulan. Honor tersebut, tidaklah cukup untuk menghidupi anak istrinya.
Imannya pun tergoyahkan. Di tengah teror yang setiap hari datang dari rentenir, ia pun terpikirkan nekat, untuk menjambret. Ia mencari calon korbannya anak-anak yang menggunakan perhiasan.
"Kenapa anak-anak? Yah biar gak ngelawan saja," tuturnya.
Di akhir Oktober, ia melakukan aksi menjambret. Dalam kurun waktu tiga hari, ia berhasil melakukan aksi jambret sebanyak lima kali.
Namun, ia tidak mendapat hasil. Karena, perhiasan yang dicuri itu, merupakan perhiasan imitasi. Dia tidak dapat membedakan mana perhiasan asli atau pun tidak.
Baca Juga:Terlilit Hutang ke Rentenir, Guru Ngaji Banting Setir Jadi Jambret
"Pas mau di jual, ke tukang emas pinggir jalan, dibilangnya imitasi," katanya.