“Kami itu sifatnya hanya memberi saran, memberi pilihan untuk korban. Nantinya, tetap korban yang membuat keputusan apakah kasusnya mau lanjut sampai ke hukum, mediasi atau hanya sebatas konseling saja, kita dampingi,” katanya.
Menurutnya setiap kasus meskipun jenisnya sama tapi penanganan pasti berbeda. Semisal, kata dia, ada korban KDRT yang ditangani oleh Yayasan Sapa sampai bertahun-tahun dan ujungnya korban sampai meninggal dunia karena tidak bisa keluar dari lingkaran kekerasan.
Potret muram itu bisa dialami oleh korban KDRT, lantaran mereka dihadapkan pada pilihan sulit.
“Korban tidak bisa keluar dari lingkaran kekerasan, kami memberikan pilihan-pilihan pun tetap korban tidak bisa memilih saran kami dan malah memilih tetap tinggal dengan pelaku. Alhasil, korban jatuh sakit dan sampai meninggal dunia,” tukasnya.
Baca Juga:Suami Siram Istri Pakai Air Keras karena Cemburu Sering Main TikTok
Makanya, dukungan keluarga sangat penting sekali dalam menyelesaikan masalah kekerasan yang dialami korban. Misalkan, Sugih mencontohkan saat korban merasa ketakutan karena trauma akibat tindakan kekerasan yang dilakukan pelaku, maka dukungan keluarga akan sangat membantu korban bisa merasa lebih aman.
“Sangat penting sekali dukungan keluarga itu, baik saat penanganan ataupun sesudahnya,” jelasnya.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini bagian dari program Story Grant Pers Mainstream Jawa Barat yang digelar oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) kerja sama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung fur die Freiheit (FNF) dan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kontributor : Aminuddin
Baca Juga:Profil Johnny Depp Terlengkap