SuaraJabar.id - Masyarakat Desa Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung merasa khawatir ketika aktivitas PT Star Energy menghasilkan suara gemuruh yang cukup keras belum lama ini.
Suara gemuruh itu membuat warga menjadi trauma. Pasalnya, kejadian longsor disertai ledakan pipa saluran gas panas bumi milik PT Star Energy pada 2015 lalu masih menyisakan memori tak menyenangkan bagi mereka.
Adanya traumatik kejadian bencana alam yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia tersebut, membuat warga sempat kaget ketika mendengar suara bergemuruh lagi beberapa hari lalu.
"Warga memang masih trauma dengan kejadian 2015, makanya saat mendengar ada suara bergemuruh, sempat kaget," ujar Kepala Desa Margamukti Odang Kusnadi, Kamis (22/4/2021).
Baca Juga:Hengky Kurniawan Didesak Bersih-bersih KBB dari Pejabat Korup
Terlebih pada saat bersamaan, wilayah Pangalengan diguyur hujan cukup lebat disertai petir, sehingga suara bergemuruh tersebut sempat membuat warga khawatir.
"Memang sebagian warga tidak mengetahui sedang ada aktivitas uji sumur," katanya.
Odang mengatakan berdasarkan informasi, suara gemuruh tersebut terdengar sampai sejauh 4 KM dari lokasi uji sumur.
"Kedepan mungkin sosialisasi kepada warga harus lebih ditingkatkan lagi. Supaya tidak menimbulkan kekhawatiran warga. Apalagi warga di sini pernah mengalami bencana besar," tutupnya.
Sumber suara gemuruh dari uji sumur PT Star Energy
Baca Juga:Cuaca Ekstrem Berpotensi Ganggu Jaringan Listrik, PLN Siapkan Ini
Tim Uji Sumur Star Energy, Rian marfiansyah mengatakan suara gemuruh tersebut berasal dari uji sumur atau Discharge Well yang dilakukan beberapa hari lalu.
Uji sumur dilakukan karena adanya pengurangan produksi uap. Discharge Well merupakan cara untuk mencari tahu penyebab pengurangan produksi dengan cara mengeluarkan fluida atau uap air dari lubang sumur ke separator.
"Penyebab pengurangan produksi itu biasanya karena ada sumbatan kotoran atau hal lain. Discharge well merupakan cara mencari tahu penyebab pengurangan produksi tersebut. Ini kegiatan rutin yang dilakukan di seluruh geothermal di dunia sebenarnya," ujar Rian, Kamis 22 April 2021.
Saat discharge well akan terdengar suara gemuruh yang disebabkan oleh pergerakan uap air yang masuk ke separator. Tingkat kebisingan dipengaruhi oleh kandungan uap dan air. Makin besar kandungan uap dibanding air maka makin keras suara yang dihasilkan.
Rian menyebut, pada selasa lalu, kandungan uap memang lebih besar, sehingga menyebabkan kerasnya suara gemuruh. Saat bersamaan, turun hujan disertai petir dan angin yang mengarah ke wilayah Pangalengan.
"Mungkin karena anginnya kencang dan mengarah ke pangalengan, jadinya suara gemuruh terdengar keras," ujarnya.
"Tidak ada dampak yang dihasilkan dari discharge itu sendiri, itu adalah suatu hal yang sudah biasa," imbuhya.
Rian melanjutkan, sebetulnya pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui surat edaran mengenai kegiatan Discharge well yang memungkinkan akan menimbulkan kebisingan.
Sosialisasi dilakukan kepada dua desa di Pangalengan. Namun diduga tidak maksimal sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui.
"Kedepan kami akan lebih meningkatkan sosialisasi," katanya.
Rian Menyebut, discharge well sendiri rencananya akan dilakukan sampai sabtu pekan ini.
"Discharge well akan dilakukan siang hari. Kalau malam hari takut mengganggu masyarakat," tutupnya.