Desa Ini Siapkan Tempat Karantina Angker di Pinggir Kuburan

"Tempat karantina juga masih di wilayah ramai ga di tempat sepi. Mungkin dianggap angker karena samping makam saja, kata dia.

Ari Syahril Ramadhan
Senin, 03 Mei 2021 | 14:15 WIB
Desa Ini Siapkan Tempat Karantina Angker di Pinggir Kuburan
Sebuah bangunan yang disipakan Pemerintah Desa Kemlaka Gede, Kecamatan Tengah, Kabupaten Cirebon sebagai tempat karantina warga yang lolos mudik. [Ciayumajakuning.id]

SuaraJabar.id - Warga yang terlanjur lolos mudik ke kampung halaman bakal diisolasi selama lima hari. Di Kabupaten Cirebon, Pemerintah Desa Kemlaka Gede telah menyiapkan tempat yang cukup istimewa sebagai tempat isolasi bagi pemudik.

Pemdes Kemlaka Gede Kecamatan Tengah Tani bakal mengisolasi pemudik yang datang di di salah satu ruangan kantor desa dan di Pondok Bersalin Desa (Polindes).

“Sesuai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan kami siapkan tempat karantina,” ujar Kades Kemlaka Gede, Rusli, Senin (3/5/2021).

Tempat kedua yang disediakan untuk karantina pemudik, yakni Polindes terletak di samping tempat pemakaman umum desa.

Baca Juga:Viral Dua Sejoli Mesum di Kuburan saat Puasa, Diciduk pas Tak Pakai Celana

Menurut dia, dua tempat tersebut memenuhi kriteria untuk warga yang pulang kampung di karantina. Pemerintah desa juga memberikan fasilitas yang cukup seperti kasur hingga kamar mandi.

“Termasuk tim satgas Covid kami persiapkan. Tempat karantina juga masih di wilayah ramai ga di tempat sepi. Mungkin dianggap angker karena samping makam saja,” kata dia.

Namun demikian, Rusli menekankan karantina untuk warga perantau yang pulang kampung ke desanya menjadi jalan akhir. Rusli mengaku menggunakan cara lain untuk menahan warga perantauan dari desanya pulang kampung.

Rusli optimis warga desanya yang merantau tidak ada yang pulang kampung. Tercatat desa tersebut ada 1670 kepala keluarga (KK). Sebagian besar warga desa Kemlaka Gede adalah petani, buruh dan pedagang. Rusli menyebutkan, sekitar 4500 jiwa tercatat sebagai warga Desa Kemlaka Gede.

Dari jumlah tersebut, sekitar 500 warganya yang memilih merantau ke luar desa. Dia mengaku terus berkomunikasi dengan warga perantau maupun keluarga yang di desa agar tidak dulu pulang kampung karena covid-19.

“Pemberitahuan lewat spanduk sudah tapi belakangan spanduknya hilang tidak tahu siapa yang ambil. Saya komunikasi sama warga yang ada di rantau agar tidak mudik dulu karena ada resiko yang besar akan terjadi pada warga desa. Alhamdulillah mereka mengerti dan mudah-mudahan tidak ada yang mudik,” kata Rusli.

Baca Juga:Jelang Larangan Mudik, Harga Tiket di Terminal Pulo Gebang Naik 50 Persen

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini