Tropi Piala Champions Belum di Tangan, Guardiola Sudah Dapat Gelar Ini

Tak heran di mana pun Guardiola berkiprah, entah Barcelona, Bayern maupun City, Guardiola selalu menghadiahkan permainan atraktif.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 23 Mei 2021 | 22:34 WIB
Tropi Piala Champions Belum di Tangan, Guardiola Sudah Dapat Gelar Ini
Manajer Manchester City, Pep Guardiola. [BEN STANSALL / POOL / AFP]

Dalam setahun ini saja, ketika hampir semua klub mengencangkan ikat pinggang, City malah bisa berbelanja sebanyak 100 juta pound (Rp2 triliun) untuk mendatangkan dua bek. Satu bek, yakni Nathan Ake, gagal bersinar, tetapi satunya lagi, Ruben Dias, menjadi kunci sukses City musim ini.

Dias turut mentransformasi City dan dianggap rekrutan baru Liga Inggris yang paling berpengaruh sejak Virgil van Dijk mentransformasi wajah Liverpool.

Tetapi bukan cuma uang Abu Dhabi yang membuat itu semua terjadi. Kejeniusan Guardiola yang telah menyulap City seperti adanya sekarang adalah juga faktor amat penting. Dia tak saja pandai memilih pemain dan meracik tim, tetapi juga jenius dalam mengelola klub-klub kaya. Kejeniusan inilah yang dibeli Abu Dhabi.

Ketika kebanyakan klub dibuat repot oleh absennya sejumlah pemain kunci dan belum lagi pandemi yang kadang merusak rancangan bermain karena tak jarang pemain-pemain kunci tak bisa bermain gara-gara disambar virus corona, Guardiola justru membangun tim yang merata kekuatannya, antara tim inti dan tim lapis keduanya, sehingga tak masalah menurunkan siapa pun ketika menghadapi siapa pun.

Baca Juga:Manchester City Siapkan Penghormatan untuk Aguero di Laga Kontra Everton

Memang sempat agak tertatih-tatih pada awal kompetisi, tetapi perlahan dia membangun City yang senantiasa jaya kendati merotasi pemain sekerap rotasi yang terjadi pada klub-klub lain. Tapi hasil rotasi Guardiola berbeda dengan rotasi klub-klub lain.

Kepiawaiannya dalam membangun tim kedua yang sama kuatnya dengan tim inti membuat dia disejajarkan dengan Alex Ferguson, Sir Matt Busby, Arsene Wenger, Bob Paisley dan Bill Shankly.

Bagi dia, Vincent Kompany, David Silva dan Sergio Aguero boleh saja pergi atau memudar, tetapi dia dengan cepat menemukan penggantinya pada diri Dias, Phil Foden dan Ilkay Gundogan.

City bahkan dibuatnya menjadi juara Liga Inggris pertama yang juara tanpa memiliki striker murni. Ketika City memastikan juara liga, top skorer mereka adalah top skorer klub yang mengoleksi gol terendah sepanjang sejarah liga, yakni Gundogan dengan 12 gol.


Kaya improvisasi

Baca Juga:Finis 4 Besar Bikin Chelsea Tenang Hadapi Final Liga Champions

Guardiola ahli dalam beradaptasi dengan kebutuhan era dan realitas lapangan. Dia tak kelimpungan tak mempunyai pemain depan yang bernaluri pembunuh atau bek baru gagal bersinar seperti Nathan Ake, karena dia memiliki prinsip tidak mau tergantung kepada seorang pemain atau segelintir pemain.

Lebih dari itu, dia kaya improvisasi dan sangat inovatif. Dan ini membuat timnya memiliki konsistensi yang tidak dimiliki klub-klub Liga Inggris lainnya.

Namun kecintaannya kepada improvisasi dan inovasi, membuat dia tak mau bertahan dengan rumus bermain yang itu-itu saja dari musim ke musim. Sebaliknya, setiap musim akan berbeda sehingga sikap, pola dan perlakuan pun seharusnya berbeda.

Jadi, jangan heran jika musim nanti dia beralih kepada striker murni, apalagi jika lawan-lawannya nanti menuntut Guardiola memasang striker murni seperti dia lakukan kepada Aguero.

Oleh karena itu, mungkin saja musim nanti dia akan mendesak manajemen klub agar membeli Erling Haaland atau Harry Kane atau Jack Grealish.

Guardiola mungkin tak akan menempuh langkah sama dengan Liverpool yang setelah musim lalu merasa cukup dengan skuad yang ada yang sukses mengakhiri paceklik gelar liga selama 30 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak