Sebaliknya Guardiola mungkin melakukan pendekatan berbeda. Bukan karena tidak mempercayai kualitas tinggi akan selamanya dipersembahkan pemain-pemainnya. Namun lebih karena memerlukan jaminan semua pemain selalu siap bermain agar setiap rencana bermain dipraktikkan dengan benar untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
Di bawah asumsi seperti, Man City, apalagi sampai sukses berstatus juara Liga Champions, bakal kian ganas pada musim berikutnya, mengikuti ganasnya kompetisi Liga Inggris nanti ketika semua stadion tim-tim Liga Inggris kemungkinan besar diisi kembali oleh suporter bola.
Tapi sebelum ke sana pun, Guardiola tetaplah sudah melekat dengan predikat pembawa transformasi besar kepada timnya. Pengamat sepak bola yang juga mantan pemain Leicester City Robbie Savage tak ragu mendaulat Guardiola lebih besar daripada Sir Alex.
Gary Neville juga begitu. Dia menyebut Guardiola pelatih terbesar sepanjang masa. “Saya kira Man City mugkin telah memiliki manajer terhebat sepanjang masa dari cara dia merasuki negara lain, mendominasi sepak bola, dan mempengaruhi yang lain. Saya tak pernah melihat orang seperti ini sebelumnya,” kata Neville.
Baca Juga:Manchester City Siapkan Penghormatan untuk Aguero di Laga Kontra Everton
Jika menengok curriculum vitaenya selama bersama Barcelona, Muenchen walau gagal mengantarkan klub Jerman ini menjuarai Liga Champions, dan terakhir empat tahun menukangi City yang akhirnya membuat klub ini menciptakan sejarah untuk pertama kalinya mencapai final Liga Champions, Guardiola memang benar pelatih terhebat di dunia.
30 Mei nanti Estadio do Dragao di Porto bisa menjadi pengukuhan status untuk dia itu. [Antara]