SuaraJabar.id - Bioskop yang dibangun di masa penjajahan Belanda ini memiliki kenangan tersendiri bagi orang yang tinggal atau pernah tinggal di Kota Cimahi.
Indra Lukman Purnama (29) misalnya, ia masih ingat betul ketika terakhir kalinya menonton film di Bioskop Rio tahun 2010. Kala itu ia baru menginjak sekolah kejuruan di Kota Cimahi.
Saat itu Indra dan ketiga temannya penasaran dengan cerita orang-orang bahwa Bioskop Rio kerap memutar film-film zaman dulu yang berbau 17 tahun ke atas.
Dengan seragam putih abu yang masih dikenakan, Indra bersama teman-temannya pun membeli tiket seharga Rp 3.000 per orang. Setelah masuk, ia duduk di kursi berwarna merah deretan kedua dari belakang.
Baca Juga:Alhamdulillah, Puluhan Ribu Warga Cimahi Segera Terima Bansos Tunai
"Kita duduk di belakang, waktu itu kalau gak salah filmnya udah diputar," ujar Indra kepada Suara.com, Selasa (6/7/2021).
Ternyata di dalam bioskop, bukan hanya ada dirinya dan teman-temannya. Ada dua sejoli di depan yang 11 tahun silam juga menonton di bioskop yang terletak di pusat Kota Cimahi itu.
Indra lupa judul film yang ditontonnya saat itu, sebab tak bisa memilih seperti zaman kekinian. Namun yang pasti filmnya lokal. Dan benar saja setelah diputar, film tersebut terdapat banyak adegan 17 plus atau disebut 'esek-esek'.
"Kita sih nontonnya ketawa-ketawa aja waktu itu. Apalagi kursinya kan bunyi terus kalau gerak sedikit saja," tutur Indra.
Sekitar satu jam lebih, Indra pun keluar bioskop. Rasa penasarannya sudah terjawab. Namun ia menyayangkan bioskop itu kenangan. Padahal, Bioskop Rio kaya akan nilai sejarah.
Baca Juga:Hilang Pendapatan Puluhan Juta, Begini Nasib Pedagang Pakaian di Cimahi Mall
Berdasarkan catatan sejarah Tjimahi Komunitas Heritage, Bioskop Rio atau dulunya disebut Rio Theatre dibangun pada 23 Oktober 1937. Studio besutan pengusaha bioskop Elita Concern, F.A.A Buse ini menjadi yang pertama dibangun di Cimahi.
Belum ditemukan data kapan bioskop tersebut rampung dibangun. Namun kemungkinan sebelum Jepang masuk Indonesia. Namun tahun 1042 sudah beroperasi.
"Rio Theatre ini satu-satunya bioskop jaringan Elita Concern yang mengalami kerusakan ringan di zaman kemerdekaan," terang Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok.
Awalnya, Rio Theatre diperuntukan khusus orang-orang tentara Belanda yang ada di Cimahi. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang pribumi yang kaya, menak, keturunan menak, juga bisa nonton di Bioskop Rio.
Masa keemasan Bioskop Rio menurut Machmud terjadi pada periode 1970-1990-an. Meski kalau itu muncul bioskop baru seperti Bioskop Cimahi Harapan atau Cimahi Mekar, Rio Theater tetap menjadi tempat hiburan orang-orang kala itu.
"Film-filmnya bagus-bagus. Mandarin, Hollywood, nasional. Waktu ada bioskop Cimahi Mekar juga, Rio tetap bagus juga," terang Machmud.
Bioskop Rio Theatre juga sempat beralih tangan beberapa kali. Dari tangan Belanda dua kali, serta sempat juga dikelola oleh pemerintah setempat dan terakhir dikelola oleh pihak swasta. Kini aset bangunannya tercatat milik BUMD Pemprov Jabar.
Eksistensi Bioskop Rio mulai melorot ketika film nasional didominasi oleh film 'esek-esek'. Ditambah lagi tergerus modernisasi, seperti munculnya film dalam kepingan VCD pada tahun 2000-an.
"Tahun 2010-an, beralih fungsi menjadi tempat niaga, ini sangat disayangkan," tukas Machmud.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki