Kisah Pengawal Ambulans yang Tak Bisa Dilupakan Seumur Hidup

"Kemudian ambulans itu ke pinggir dan ternyata si pasiennya meninggal di jalan. Dari situ saya tergerak untuk membantu kalo ada ambulans untuk membuka jalurnya," ujarnya.

Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 09 Juli 2021 | 09:30 WIB
Kisah Pengawal Ambulans yang Tak Bisa Dilupakan Seumur Hidup
ILUSTRASI-Petugas mengendarai mobil Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta untuk menjemput bayi terkonfirmasi negatif yang ibunya terpapar COVID-19 di Jakarta, Jumat (25/6/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Cerita lainnya, Fadli dan kawan-kawan di Baraya Escorting Bandung justru paling sulit menjalan tugas tatkala berhadapan dengan masyarakat yang menganut stigma negatif terhadap COVID-19.

Stigma muncul dalam beberapa tindakan. Mulai dari tindakan kasar dari pengendara hingga penolakan warga terhadap jenazah Covid-19. Seperti ketika dirinya mengawal jenazah dari RSHS Bandung menuju daerah Ciroyom, Bandung.

"Di situ dipersulit oleh warganya bahwa jenazah itu COVID-19, padahal jenazah tidak diagnosa COVID-29. Bahkan sampai bersitegang," ucap Fadli.

Tindakan Fadli mengawal ambulans tak perlu ada jika masyarakat sudah sadar jika untuk memberi jalan. Selain itu, pengawalan terhadap ambulans pasien COVID-19 tidak perlu ada jika stigma negatif telah hilang.

Baca Juga:Puskesmas Sumur Batu Diamuk Si Jago Merah, 1.000 Botol Vaksin Covid-19 Ludes Terbakar

"Artinya selain memberi pertolongan dijalan juga memberikan edukasi bagi warga yang masih terhadap covid. Kita juga ingin warga dan pengendara jalan sadar ambulans, kalau lewat bisa minggir dan memberi jalan," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini