Misteri Gunung Hejo dan Mitos Kecelakaan Maut di KM 97 Tol Cipularang

Keberadaan Gunung Hejo pun kerap dikaitkan dengan kecelakaan maut yang terjadi di ruas Tol Cipularang 96-97.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 09 September 2021 | 16:43 WIB
Misteri Gunung Hejo dan Mitos Kecelakaan Maut di KM 97 Tol Cipularang
KM 96-97 Tol Cipularang. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Pembangunan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) seolah membuka tabir keberadaan Gunung Hejo di Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Tol sepanjang 54 kilometer yang menghubungkan Jakarta-Bandung itu mulai digarap tahun 2003 era Presiden Megawati Soekarnoputri, yang dibangun dalam dua tahap. Akses cepat itu rampung dan beroperasi tahun 2005.

Nama Gunung Hejo pun mengemuka di balik pembangunan tol tersebut. Awalnya pengembang merencanakan ruas jalan tol lurus menembus gunung tersebut. Namun keanehan pun mulai muncul ketika itu.

Konon, teropong untuk melihat gunung tiba-tiba gelap dan pecah lebih dari sekali. Kemudian alat berat yang semula akan digunakan untuk menembus Gunung Hejo tiba-tiba mati dan sama sekali tak bisa dioperasikan.

Baca Juga:Akhirnya, KPI Perbolehkan Saipul Jamil Tampil di TV; Sebagai Bahaya Predator

"Saya tidak melarang apa yang diinginkan mereka. Tapi beko (alat berat) mati, yang buat ngeker (teropong) rusak," tutur kuncen Gunung Hejo, Mustopa bin Ija Banten alias Abah Kecrik kepada Suara.com, Selasa (7/9/2021).

Petilasan atau makam keramat yang ada di Gunung Hejo, Darangdan, Kabupaten Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Petilasan atau makam keramat yang ada di Gunung Hejo, Darangdan, Kabupaten Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Pengembang menyerah sehingga ruas jalan tol dititik tersebut akhirnya dibuat melingkar. Pengembang tak ingin ambil risiko dengan kejadian-kejadian yang dialami selama mengincar Gunung Hejo.

Singkat cerita, ruas Tol Cipularang pun rampung dan bisa digunakan. Namun cerita Gunung Hejo bukannya meredup. Malah sebaliknya. Gunung itu malah semakin dikenal dengan mitos dan hal-hal mistis lainnya.

Gunung yang terletak di kilometer 96-97 itu dikenal sebagai tempat ritual pemujaan dan pesugihan di kalangan masyarakat. Konon katanya, banyak orang dari berbagai daerah datang ke sana untuk meminta kekayaan dan sebagainya. Gunung Hejo dianggap sebagai salah satu lokasi kerajaan gaib terbesar di Pulau Jawa.

Abah Kecrik pun tak menampik akan hal itu. Banyak tamu dari berbagai daerah yang datang kepadanya dengan tujuan ke Gunung Hejo. Namun ia menegaskan Gunung tersebut tersebut bukanlah tempat untuk memuja, apalagi untuk pesugihan dan semacamnya.

Baca Juga:Saipul Jamil Boleh Tampil di TV untuk Edukasi, Arie Kriting : Belajar Hap Hap

Peziarah atau seorang yang datang pada umumnya ingin bermeditasi dan memanjatkan berdoa. Umumnya, para peziarah datang ke tempat tersebut berdzikir hingga membaca ayat suci Al-quran.

Sebab doa terbaik sejatinya hanyalah kepada Allah SWT. Bukan maksud untuk menduakan Sang Maha Pencipta, namun kedatangan mereka ingin mencari keberkahan sebagai bentuk dari ikhtiar.

"Bukan untuk menyembah, tapi ikhtiar saja. Misalnya, mereka punya utang minta dimudahkan untuk membayarnya," ungkap Abah Kecrik.

Keberadaan Prabu Siliwangi

Keberadaan makam keramat atau petilasan raja-raja Pasundan di jaman dahulu seperti Prabu Siliwangi menjadi alasan tamu berdatangan ke Gunung Hejo. Dari mulai Jambi, Lampung dan berbagai daerah lainnya di Jawa Barat maupun luar Jawa Barat disebut Abah Kecrik berdatangan ke Gunung Hejo.

Petilasan itu ditandai dengan batu dibungkus kain putih dikelilingi pagar besi di sebut-sebut tempat yang pernah disinggahi Prabu Siliwangi. Petilasan itu berdiameter kurang lebih 1,5 meter x 1x5 meter.

Keberadaan petilasan itu memang diketahuinya sebelum adanya Tol Cipularang. Ketika datang ke wilayah tersebut, ia hanya mengira Gunung tersebut hanyalah hutan belantara yang dipenuhi pepohonan.

"Cerita orang tua dulu bahwa Prabu Siliwangi menjadikan Gunung Hejo sebagai tempat kompromi. Jadi disini gak ada tempat pesugihan atau pemujaan, untuk meminta kekayaan," tegas kakek berusia 97 tahun itu.

Kerap Dikatikan dengan Kecelakaan Maut

Mitos dan hal mistis tak berhenti di situ. Keberadaan Gunung Hejo pun kerap dikaitkan dengan kecelakaan maut yang terjadi di ruas Tol Cipularang 96-97.

Salah satunya kecelakaan dialami pedangdut Saepul Jamil dan keluarganya tahun 2011.

Istrinya bernama Virginia Anggraeni meregang nyawa setelah mobil yang dikendarai Saipul Jamil menghantam pembatas jalan hingga mobil tersebut terbalik. Sementara Saipul Jamil dan penumpang lainnya selamat dari maut.

Banyak orang berpendapat jika kecelakaan di titik itu disebabkan makhluk tak kasat mata menganggu pengemudi saat berkendara. Di ruas tol yang tepat melingkar di Gunung Hejo itu disebut banyak dihuni makhluk tak kasat mata yang kerap mengganggu konsentrasi para pengemudi.

Namun lagi-lagi Abah Kecrik membantahnya.

Menurutnya, kecelakaan terjadi di ruas Tol Cipularang KM 96-97 tidak ada kaitan dengan keberadaan petilsan ini. Ia menilai, kecelakaan terjadi akibat kurang kehati-hatian pengemudi saat berkendara

Menurutnya, kecelakaan terjadi di lokasi tersebut merupakan bagian dari takdir. Jika ada pengendara mengaku melihat sejumlah penampakan makhluk astral.hingga mengalami gangguan di luar nalar, itu terjadi karena kebetulan dan tidak ada kaitannya dengan keberadaan petilasan tersebut.

''Kebetulan saja, pas takdirnya meninggal di tol, pas juga lokasinya dekat petilasan. Padahal tidak ada kaitannya'' katanya.

Letak Gunung Hejo dan Larangannya

Jika dari ruas Tol Cipularang, letak Gunung Hejo Sangatlah dekat sebab tepat berada di samping kilometer 96-97. Namun jika melewati akses jalan biasa, letaknya cukup jauh dari jangkauan pemukiman masyarakat umum.

Aksesnya hanya bisa dilewati kendaraan roda dua saja. Itupun akses jalannya cukup sulit dilalui. Sebab selain jalannya setapak dengan melewati hutan, aksesnya cukup terjal hingga sesampainya ke sebuah pemukiman terpencil tepat di kaki Gunung Hejo. Salah satunya dihuni Abah Kecrik dan keluarganya.

Asal usul Gunung Hejo adalah pernah terjadi kebakaran hutan di area Hejo, hingga meluluhlantahkan semua area tersebut. Peristiwa itu terjadi ketika kemarau yang panjang hampir sembilan bulan lamanya.

Pohon dan semak belukar kekeringan, bahkan dedaunan menguning rontok. Saat bencana itu, semua hangus terbakar, tetapi hanya Gunung Hejo yang tidak tersentuh api sedikitpun.

"Namun, hanya pohon-pohon di sekitar area gunung itu yang masih berwarna hijau, sehingga masyarakat sekitar menyebutnya Gunung Hejo," kata Abah Kecrik.

Tak ada larangan tertentu ketika orang datang me makam keramat di Gunung Hejo. Hanya saja pe datang diminta berkelakuan sopan dan memetik dan memotong tangkai pepohonan hingga buah-buahan.

"Merokok juga disarankan jangan. Intinya datang ke sana harus sopan, mengucapkan salam," imbuh Abah Kecrik.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini