Dampaknya, sambung Gin Gin, Kota Bandung rawan terhadap ketersediaan pangan, hingga kenaikan harga pangan. Oleh karena itu, Buruan SAE diharapkan jadi upaya untuk membangun ketahanan pangan, minimal pada tingkat rumah tangga.
"Buruan SAE pada dasarnya adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pangan. Dari data, 96 persen pasokan pangan Kota Bandung didatangkan dari luar daerah," katanya.
"Ini untuk menyediakan pangan yang sehat dan alami bagi warga di lingkungannya sendiri, kalau sudah memenuhi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya, baru sisanya atau kelebihannya dijual atau diolah lagi," imbuhnya.
Hingga saat ini, berdasarkan catatan DKPP sudah terdapat 234 kelompok kebun (pokbun) Buruan SAE yang tersebar di 151 kelurahan. Jumlah pokbun diupayakan bakal meningkat sebanyak 100 pokbun pada tahun depan.
Baca Juga:Gol Indah Febri Hariyadi dan Ezra Walian Paksa Bhayangkara FC Berlutut di Kaki Persib
"Targetnya kita ingin ada satu pokbun di setiap RW di Kota Bandung. Selain kuantitas, upaya peningkatan kualitas pun menjadi fokus agar program ini terus berkelanjutan," katanya.
Ke depannya, Gin Gin menilai ada dua hal yang akan terus ditingkatkan dalam pelaksanaan Buruan SAE. Pertama, adalah peningkatan nilai ekonomis dan penambahan keragaman atau diversifikasi tanaman maupun ternak. Diharapkan, peningkatan tersebut bisa menjaga program pangan ini secara berkelanjutan.
"Berupaya membangun agar sirkular ekonomi supaya mendapat pemasukan, sehingga supaya bisa berlanjut. Karena itu pemasaran kita tingkatkan," katanya.
"Lalu, meningkatkan diversifikasi, misanya mulai diperkenalkan dengan tanaman hias. Kita coba memelihara ternak lain yang punya ekonomi seperti kelinci, ia berupaya meningkatkan nilai dan daya tarik lebih," tandasnya. [M Dikdik RA/Suara.com]
Baca Juga:Link Live Streaming Bhayangkara FC Vs Persib Bandung, Big Match BRI Liga 1 Malam Ini