Distributor minyak goreng wilayah Padalarang, Iwan (45) mengatakan tatkala harga stabil dirinya menyediakan 50 dus minyak kemasan per hari. Namun, karena karena saat ini harga mahal, ia hanya menyiapkan stok 25 dus perhari.
Sedangkan untuk minyak goreng curah. Iwan mengurangi stok harian dari 500 kilogram menjadi 100 kilogram. "Harganya masih mahal. Kita takut juga kalau simpan terlalu banyak, nanti tiba-tiba turun. Terus, karena mahal stok banyak memerlukan modal banyak juga," ungkap dia.
Iwan menjelaskan, meski harga mahal, stok minyak goreng di pasaran mudah didapat. Namun ketersediaan barang tak berbanding lurus dengan permintaan, karena kenaiakan harga berdampak terhadap pembelian menurun.
"Meski mahal barang tak langka. Tetap ada di pasaran. Justru paling berpengaruh pada jumlah permintaan. Barang jadi lambat keluar," jelasnya.
Pedagang lainnya, Dini mengatakan harga minyak goreng di Padalarang berkisar antara Rp18-19 ribu per kilogram. Serupa Iwan, Dini pun memilih mengurangi stok barang supaya modal yang dikeluarkan lebih rendah.
"Biasanya saya sediakan 10 kilogram minyak goreng curah dan 5 dus minyak kemasan. Sekarang harga mahal gini, saya kurangi setengahnya," katanya.
Ia berharap pemerintah segera mencari cara agar harga komoditi minyak goreng kembali normal. Dengan begitu para pedagang tak perlu merogoh kocek lebih dalam menyediakan modal dan tak was-was merugi.
"Kita sih ingin cepat harga turun lagi. Untungnya jadi gak kepotong untuk tambal beli barang," pungkasnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki