Guru Pesantren Cabuli Belasan Santri di Bandung, Psikiater: Bisa Jadi Psikopat

Menurut Teddy, karakteristik psikopat ditemukan pada pelaku berinisal HW.

Nur Afitria Cika Handayani
Kamis, 16 Desember 2021 | 15:15 WIB
Guru Pesantren Cabuli Belasan Santri di Bandung, Psikiater: Bisa Jadi Psikopat
Ilustrasi kasus pencabulan atau pemerkosaan. (Antara)

SuaraJabar.id - Aksi bejat seorang guru pesantren di Bandung yang mencabuli belasan santrinya menghebohkan publik.

Seorang psikiater dari RS Melinda 2 Bandung, Teddy Hidayat menyebut guru tersebut bisa jadi memiliki karakteristik sebagai psikopat.

Menurut Teddy, karakteristik itu ditemukan pada pelaku berinisal HW. Sebab, pelaku memaksakan egonya untuk selalu memuaskan hawa nafsunya.

"Hati nuraninya dikuasai oleh nafsunya. Semua aturan, disiplin dan norma yang berlaku dilanggar untuk memuaskan dorongan nafsunya," jelas Teddy, dikutip dari Ayobandung.com--jaringan Suara.com.

Baca Juga:Dua Sejoli Hilang Misterius usai Ditabrak Mini Bus di Nagreg

Teddy menjelaskan, seseorang dengan karakteristik psikopat harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Sebelumnya diketahui, HW telah melalui proses persidangan sebanyak tujuh kali dengan pemeriksaan saksi-saksi.

"Catatan penting untuk pengadilan, yaitu pada psikopat sulit belajar dari pengalaman dan tidak ada rasa bersalah, sehingga cenderung akan mengulangi perbuatannya," kata Teddy.

Lebih lanjut, Teddy menjelaskan bahwa pelaku kekerasan seksual umumnya dilakukan oleh orang yang dikenal oleh korban.

Dalam kasus ini, belasan santriwati mengenal pelaku sebagai guru pesantren.

Baca Juga:Ratusan Ribu Anak Usia 6-11 Tahun di Cimahi dan KBB Jadi Sasaran Vaksinasi

Teddy menjelaskan, kondisi tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan pemikiran korban ke arah patologis.

"Salah satunya disebut “stockholm syndrome”, yaitu gangguan psikiatri pada korban penyanderaan yang membuat mereka merasa simpati atau bahkan muncul kasih sayang terhadap pelaku," ungkap Teddy.

Diberitakan sebelumnya, HW didakwa karena melakukan kekerasan seksual terhadap belasan santriwati di pondoknya.

Korban diketahui berjumlah 13 orang. Sementara itu, sembilan di antaranya telah melahirkan dan satu dari mereka sudah melahirkan dua kali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini