Harga Gorengan Naik 50 Persen Akibat Pencabutan HET Minyak Goreng Kemasan, Penjualan Menurun?

"Cukup Rp 1.500 aja, kalau lebih dari itu khawatir penjualan menurun," ujar seorang penjual gorengan.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 20 Maret 2022 | 11:55 WIB
Harga Gorengan Naik 50 Persen Akibat Pencabutan HET Minyak Goreng Kemasan, Penjualan Menurun?
ILUSTRASI - Penjual gorengan di Kota Cimahi terpaksa membeli minyak goreng di atas HET karena kesulitan memperoleh stok minyak goreng satu harga. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Polemik minyak goreng berimbas langsung pada penjual gorengan di sejumlah daerah di Jawa Barat.

Saat harganya dipatok tak boleh lebih tinggi dari Rp 14 ribu per liter, minyak goreng sulit didapatkan.

Kini pemerintah mencabut subsidi untuk minyak goreng kemasan. Harganya pun melambung tinggi menjadi rata-rata Rp 25 ribu per liter meski reatif lebih mudah didapat.

Mahalnya harga minyak goreng tersebut memaksa pedagang gorengan di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, terpaksa menaikkan harga dagangannya.

Baca Juga:Buntut Kritik Ibu-Ibu Antre Minyak Goreng, Megawati Disuruh Tampar Jokowi karena Migor Langka Bisa Renggut Nyawa Manusia

"Saya menaikkan harga dagangan yang awalnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.500 mulai hari ini," tutur Susilawati, pedagang gorengan yang setiap hari mangkal di depan gerai minimarket di daerah Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar, Sabtu (19/3/2022).

Naiknya harga gorengan dilakukan demi menyiasati persoalan naiknya harga minyak. Pasalnya, Susilawati merupakan pedagang yang memakai minyak dalam kemasan.

Setiap hari, dia menghabiskan rata-rata satu karton minyak kemasan ukuran 2 liter untuk gorengannya. Untuk saat ini Susi mesti pergi ke Cibadak dan ke Kota Sukabumi demi mendapatkan minyak goreng kemasan yang murah.

Menaikan harga dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.500 sudah dipertimbangkan oleh Susilawati.

"Cukup Rp 1.500 aja, kalau lebih dari itu khawatir penjualan menurun," kata dia.

Baca Juga:Fakta tentang Mafia Minyak Goreng

Meski begitu, Susilawati mengaku tidak ada penurunan penghasilan meski menaikan harga dagangannya

"Alhamdulillah meski naik harga, penghasilan masih stabil dan para pembeli juga paham kalau minyak lagi naik. Paling juga ada yang nanya, ibu biasanya beli Rp 5000 dapat 5, ini kok cuma dapat 4? paling saya kasih pemahaman kalo memang harga minyak lagi melonjak," tuturnya.

Kenaikan harga minyak ini membuat Susilawati bingung, sebagai pedagang ia terkadang lebih mementingkan persediaan minyak ketimbang hal lainnya. Sebab kalau tidak ada minyak, usahanya tidak akan jalan.

"Kalau gak dagang gorengan saya dagang apalagi, kadang-kadang lebih mementingkan minyak dari pada makan, apalagi kalau stok minyak habis dan susah gitu cari yang harganya sedikit murah lebih pusing lagi saya," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini